Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadist dari Ummu Salamah bahwa Nabi setiap selepas subuh selalu memanjatkan doa :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)
Nabi kita diberikan keistimewaan oleh Allah dengan jawami' kalim, (Ungkapan ( Kalimat) yang pendek tapi syarat makna serta kandungannya luas.) Maka dari itu doa yang berasal dari Nabi adalah doa yang sangat mulia yang paling manfaat (penuh dengan pembelajaran.) di antaranya:
1. Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan " Bahwa tiga permintaan ini adalah tiga hal yang paling pokok yang dibutuhkan manusia dikehidupan mereka :
- Ilmu yang bermanfaat
- Rizqi yang baik
- Amal sholeh."
2. Di sini kenapa istri, rumah, tidak disebut dalam permintaan? Karena hal itu secara otomatis sudah masuk dipemyebutan rizqon Toyyiban.
3. Kenapa Ilmu disebut terlebih dahulu?
Para ulama menjelaskan : karena Ilmu mendasari dua hal setelahnya ( Rizqi dan amal sholih)
- Saat kita mencari rizqi misalnya, di sana ada berbagai macam usaha yang dapat kita lakukan dan tidak semua usaha itu dipastikan merupakan usaha yang baik lagi halal. Kita tidak bisa memilah dan memilih yang toyyib kecuali dengan bekal Ilmu. Karena pentingnya dasar Ilmu dalam mencari nafkah dahulu Umar bin Khotthob menetapkan aturan " Siapa saja yang tidak ( Faqih) memiliki bekal ilmu agama, maka tidak boleh memasuki pasar kami."
- Contoh lain para pegawai misalnya, bagaimana mungkin dia bisa melaksanakan tugas dg baik, memahami wajibnya menjalankan amanah kecuali dg bekal Ilmu Agama. Praktik Risywah ( Suap), sogok ada di mana mana, bohong, ghibah, curang dll. Bekal agama sangat dibutuhkan, kalau tidak amanah dalam bekerja maka itu bisa berkonsekwensi pada kehalalan upah yang didapatkan.
Dahulu para ulama salaf generasi terdahulu mendapat pesan dari para istri mereka tatkala mereka pergi berangkat mencari nafkah " wahai suamiku ingatlah ketika engkau pergi mencari rizqi dan pulang ke rumah maka jangan berikan kepada kami kecuali dari hasil yang halal"
Lihat Ayahanda imam. Bukhori ayah beliau sampai tidak berani masuk pasar karena sikap wara' (ke hati hatian), beliau hingga mewakilkan jual beli beliau kepada orang yang memiliki ilmu fiqih jual beli. Dan hasilnya tidak heran putra beliau Imam As Syafi'i menjadi anak yang begitu sholih.
Allah ingatkan kepada kita bahaya praktik Tathfif ( Curang)
ويل للمطففين الذين
Celaka yang melakukan tathfif ( kecurangan tipis)
إذا اكتالوا على الناس يستوفون
" Jika mereka meminta ditawarkan atau timbangan untuk mereka, mereka minta penuh."
وإذا كالوهم أو وزنوهم يخسرون
" Jika mereka memberikan takaran untuk orang lain mereka kurangi hak orang lain "
Syikeh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menyampaikan bahwa : " Ancaman dalam ayat ini tidak hanya berlaku pada jual beli, tetapi dalam segala bentuk kecurangan, termasuk dalam hubungan pelaksanaan tugas pekerjaan : Antara atasan dengan bawahan sampai dalam hak suami istri, kita dituntut untuk bisa berbuat adil dalam segala hal (yang berkaitan dengan hak dan kuwajiban).
( Semakna dengan hal ini betapa mirisnya : kala bekerja melakukan tugas tidak optimal dalam menjalankan tugas dan kuwajiban akan tetapi berharap hak yang didapat harus sempurna tidak boleh kurang)
Keselamatan dari hal hal di atas tidak bisa terealisasi kecuali dg bekal Ilmu. Jika didasari ilmu maka akan mendatangkan keberkahan.
Contoh nyata seorang niagawan yang Islami, maka ia menjalankan tuntunan Islam. Islam menganjurkan memberikan kemudahan dalam jual beli, maka seorang muslim selalu memberikan kemudahan bagi lawan niaganya :
" رحم الله رجلا سمحا إذا باع وإذا اشترى وإذا اقتضى"
"semoga Allah merahmati seseorang yang mudah (bermurah hati) apabila menjual, mudah (murah hati) apabila membeli dan mudah (murah hati) apabila menagih hutang." (HR. al-Bukhari ).
Begitulah pula saat ia memunaikan tugas pekerjaannya yang menjadi kuwajiban mereka tidak sepenuhnya hitung hitungan, tapi dia berikan yang terbaik.
4. Kenapa Ilmu diminta lebih dahulu sebelum amal sholih? Karena amal sholih dibutuhkan dua syarat::
- Benar tepat sesuai sunnah Nabi. Tanpa didasari ilmu kita tidak bisa beramal dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah.
- Murni dalam niat dan meikhlasan ( Lihat Surat Al Kahfi :110)
5. Ayuk belajar! Terus belajar Ilmu yang benar, Ilmu yang bersumber dari Alquran dan sunnah dg metode pemahaman Shohabat. Siapapun yang ingin mendapatkan Ilmu yang bermanfaat maka hubungkan ilmunya bersambung kepada Nabi dan para Shohabat. Ilmu Islam dijamin lestari terjaga oleh goresan tinta karya para ulama.
6. Berhati hatilah bahwa ada di sana Ilmu yang tidak bermanfaat, Dan Nabi kita berlindung dari Ilmu hal itu :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
" Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang, serta dari doa yang tidak dikabulkan" ( HR. Muslim).
7. Diantar ciri ilmu tidak manfaat yaitu yang tidak mendekatkan diri kepada Allah, karena
- Allah tidak ajarkan
- Nabi tidak ajarkan
- Kebenaran yang sesuai Haq adalah satu, jika ada perselisihan maka kembalikan kepada Al quran dan sunnah. Kebenaran adalah yang sesuai dg Al quran dan sunnah, selain keduanya tidak ada yang maksum ( terjaga dari salah) siapapun dia.
Nasehat Penutup beliau di momen pagi itu :
Yang belum berdzikir pagi silahkan sempurnakan dzikirnya dengan membaca dzikir pagi petang, hiasi hari hari kita dg banyak dzikir dalam rangka mengingat Allah. Dalam kegaitan keseharian kita, ingatlah Allah:
- saat kita senyum, senyum kita niatkan karena mengharap pahala dari Allah.
- Saat kita menyingkirkan sampah
- Saat kita membantu orang lain
ingatlah Allah dalam niat, Niatkan untuk mendapatkan balasan dari Allah bukan sekedar karena tidak enak jika tidak senyum, tidak enak jika tidak membantu.
- Saat mencari rizqi Niatkan sebagai kuwajiban, sampaipun tatkala hendak tidur, makan hingga berhubungan suami istri.
Ingat dahsyatnya hadist tentang urgensi niat, hadist tersebut disebut oleh para ulama sebagai sepertiga islam bahkan dikatakan asas Islam terbangun di atas Tiga hadist di antaranya hadist tentang niat.
Di tulis oleh Ustadz Ihsanuddin
Pengajar Pesantren Al Lu'lu'walmarjan Magelang