#ResumeDaurahSyariyyah_24
#STAI_ALI_BIN_ABI_THALIB
#Catatan_Ketiga
#Syaikh_Asyraf_binMahmud_alKinani_hafizhahullah
#Shohih_AlBukhari_Kitabut_Tauhid_02
إن الحمد لله، نحمده ونستعينه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا .
من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له .
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله .
أما بعد، فإن أصدق الحديث كتاب الله، وأحسن الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، وشر الأمور محدثاتها،
وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار .
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amal perbuatan kami.
Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma ba‘du (selanjutnya), sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid‘ah, setiap bid‘ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.
لا زلنا في الباب الأول من كتاب التوحيد من صحيح البخاري، وهو باب ما جاء في دعاء النبي صلى الله عليه
وسلم أمته إلى توحيد الله تبارك وتعالى .
وقد ذكرنا الحديث الأول والثاني، ثم نكمل اليوم مع الحديث الثالث وبقية الباب .
نقرأ جميع الأحاديث، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه .
ولا حول ولا قوة إلا بالله .
Kita masih berada di bab pertama dari Kitab Tauhid dalam Shahih al-Bukhari , yaitu bab tentang apa yang datang dalam bentuk doa Nabi صلى الله عليه وسلم agar umatnya mentauhidkan Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
Kita telah menyebutkan hadits pertama dan kedua, dan hari ini kita akan melanjutkan dengan hadits ketiga dan sisa bab ini.
Kita akan membaca semua hadis, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan siapa pun yang mengikutinya.
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
قال الإمام البخاري رحمه الله تعالى: باب ما جاء في دعاء النبي صلى الله عليه وسلم أمته، إلى توحيد الله
تبارك وتعالى، فذكر حديثا منها، قال :
Imam al-Bukhari رحمه الله berkata: Dalam bab apa yang datang berupa ajakan Nabi صلى الله عليه وسلم
agar umatnya mentauhidkan Allah جل جلاله, beliau menyebutkan salah satu hadis. Beliau صلى الله عليه وسلم
berkata:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي حَصِينٍ وَالْأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ سَمِعَا الْأَسْوَدَ بْنَ هِلَالٍ عَنْ مُعَاذِ
بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللََِّّ عَلَى الْعِبَادِ قَالَ اللََُّّ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ
يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ قَالَ اللََُّّ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ لَا يُعَذِ بَهُمْ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar (beliau berkata) telah menceritakan kepada kami Ghundar (beliau berkata) telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Hushain dan Al Asy'ats bin Sulaim keduanya mendengar Al Aswad bin Hilal dari Mu'adz bin Jabal, beliau berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Mu'adz, tahukah engkau hak Allah atas hamba?" "Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu, " Jawab Mu'adz. Nabi bersabda lagi: "Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Tahukah engkau apa hak mereka atas Allah?" tanya Nabi selanjutnya."Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih tahu." Jawab Mu'adz. Nabi bersabda: "Yaitu agar Dia tidak menyiksa mereka."
قال: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِ يِ أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللََُّّ أَحَدٌ يُرَ ددُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى النَّبِ يِ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ ذَلِ ك وَكَأنََّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِ نَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ
الْقُرْآنِ
Imam al-Bukhari rahimahullah berkata: “Telah menceritakan kepada kami Ismail (beliau berkata) telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah dari Ayahnya dari Abu Sa'id Al Khudzri, bahwa ada seorang laki-laki mendengar seseorang yang membaca QULHUWALLAHU AHAD (QS.Surat al-ikhlas), ia mengulang-ulanginya. Ketika pagi tiba, ia datang kepada Nabi
صلى الله عليه وسلم dan menceritakan hal itu, dan orang itu menganggap terlalu remeh (sedikit) bacaannya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya (surah itu) setara dengan sepertiga Al-Qur’an.”"
زَادَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَخْبَرَنِي أَخِي قَتَادَةُ بْنُ النُّعْمَانِ عَنْ
النَّبِ يِ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّ م
Dan Ismail bin Ja'far menambahkan dari Malik dari Abdurrahman dari Ayahnya dari Abu Sa'id telah mengabariku saudaraku Qatadah bin Nu'man dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنَا عَمْرٌو عَنْ ابْنِ أَبِي هِلَالٍ أَنَّ أَبَا ال رجَالِ مُ حَمَّدَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَهُ
عَنْ أُ مهِ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَكَانَتْ فِي حَجْرِ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِ يِ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَ لَّمَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِقُلْ هُوَ اللََُّّ أَحَدٌ فَلَمَّا رَجَعُوا
ذَكَرُوا ذ لكَ لِلنَّبِ يِ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَلُوهُ لِأَ يِ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ فَسَألَُوهُ فَقَالَ لِأَنَّهَ ا صِفَةُ الرَّحْمَنِ وَأَنَا أُحِبُّ
أَنْ أَقْرَأَ بِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَََّّ يُحِبُّ هُ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami Ibn Wahb telah menceritakan kepada kami Amru dari Ibnu Abu Hilal bahwa Abu Rijal Muhammad bin Abdurrahman menceritakan kepadanya dari Ibunya Amrah binti Abdurrahman yang dahulu dalam asuhan Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari 'Aisyah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus seorang laki-laki dalam sebuah eskpedisi militer, lantas laki-laki tersebut membaca untuk sahabatnya dalam shalatnya dengan QULHUWALLAHU AHAD (Surat al Ikhlash) dan menutupnya juga dengan surat itu. Dikala mereka pulang, mereka menceritakan
hal ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tolong tanyailah dia, mengapa dia berbuat sedemikian? ' Mereka pun menanyainya, dan sahabat tadi menjawab, 'Sebab surat itu adalah menggambarkan sifat Arrahman, dan aku sedemikian menyukai membacanya.' Spontan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah menyukainya."
نعم. ما زال الإمام البخاري رحمه الله تعالى، يقصد من إيراد هذه الأحاديث مراده بالترجمة، وهو قوله: ما جاء
في دعاء النبي صلى الله عليه وسلم أمته إلى توحيد الله تبارك وتعالى .
فمن دعائه: أنه بعث معاذاً إلى اليمن، وما بعثه إلا لأنه كان يدعو أمته أولاً، فلما أرسل معاذاً إلى اليمن، أبلغه
أن يعلم أهل اليمن التوحيد، كما قلنا في الدرس الماضي .
Ya, Imam al-Bukhari رحمه الله masih terus menunjukkan maksud dari bab ini melalui penyebutan hadis- hadits tersebut, yaitu pernyataannya: “Apa yang datang dalam bentuk doa Nabi صلى الله عليه وسلم agar umatnya mentauhidkan Allah جل جلاله.”
Termasuk dalam doanya adalah saat beliau mengutus Mu‘adz ke Yaman. Dan beliau tidaklah mengutusnya kecuali karena sebelumnya beliau sendiri telah menyeru umatnya kepada tauhid.
Ketika beliau mengutus Mu‘adz ke Yaman, beliau memerintahkannya untuk mengajarkan penduduk Yaman tentang tauhid, sebagaimana telah kita sampaikan dalam pelajaran sebelumnya.
ثم من تعليمه التوحيد لمعاذ رضي الله عنه، الحديث الثالث في الباب، لما قال: "يا معاذ، أتدري ما حق الله على
العباد؟ " قال: الله ورسوله أعلم .
قال: "أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئًا . أتدري ما حقهم عليه؟ " قال: الله ورسوله أعلم .
قال: "ألا يعذبهم ".
Kemudian dari pengajaran tauhid Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Mu‘adz رضي الله عن ه adalah hadits ketiga dalam bab ini, ketika beliau bersabda: “Wahai Mu‘adz, tahukah engkau hak Allah atas para hamba?”
Mu‘adz menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau bersabda: “Yaitu agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Tahukah engkau apa hak mereka atas-Nya?”
Ia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau bersabda: “Yaitu bahwa Dia tidak akan mengazab mereka.”
هؤلاء علَّم النبي صلى الله عليه وسلم معاذًا التوحيد، أليس كذلك ؟
وهذا مما يدل على أن النبي صلى الله عليه وسلم هيأ معاذًا قبل أن يرسله، هيأ معاذًا قبل أن يرسله ،
وهنا الحديث جاء عن معاذ نفسه، معاذ هو الذي يُخبر أن النبي صلى الله عليه وسلم علَّمنا، وهذ ا من الخُلق
والأدب: أن يُخبر أنه تعلَّم، وأنه كان يتعلَّم .
Nabi صلى الله عليه وسلم mengajarkan tauhid kepada Mu‘adz—bukankah demikian?
Dan ini menunjukkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم mempersiapkan Mu‘adz sebelum mengutusnya.
Beliau mempersiapkan Mu‘adz sebelum mengutusnya. Dan dalam hal ini, hadits tersebut datang langsung dari Mu‘adz sendiri. Mu‘adz-lah yang mengabarkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم telah mengajarkannya. Ini adalah bagian dari akhlak dan adab: menyampaikan bahwa ia telah belajar dan masih terus belajar.
فأورد الإمام البخاري هذا الحديث هنا ليُعلِمنا أن هذا الذي أُرسل إلى اليمن كان يعلم، وعنده علمٌ مُسبق،
وأن اختيار النبي صلى الله عليه وسلم له إنما هو اختيارٌ حكيم، اختيار دعوة بعد أن علَّمه .
فكان علمه: "أتدري ما حق الله على العباد؟ ما حق الله علينا؟ " يعني: حق الله على الكافر؟ حق الله المطلق؟ ما
هو حقه؟ وهو الذي أرسل هذه الرسل .
Maka Imam al-Bukhari mencantumkan hadits ini di sini untuk menunjukkan kepada kita bahwa orang yang diutus ke Yaman itu (Mu‘adz) memiliki ilmu dan telah dibekali sebelumnya. Bahwa pilihan Nabi صلى الله عليه وسلم terhadapnya adalah pilihan yang bijaksana.
Pilihan untuk berdakwah setelah terlebih dahulu diajari.
Dan dia telah mengetahui: “Tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba? Apa hak Allah atas kita?”
Yaitu: apakah hak Allah atas orang kafir? Atau hak Allah yang mutlak? Apa hak itu?
Dialah (Allah) yang mengutus para rasul itu.
فقال معاذ: الله ورسوله أعلم .
هكذا كان من عادة السلف رضوان الله تعالى عليهم، إذا لم يعلموا شيئًا، والنبي صلى الله عليه وسلم بينهم،
يقولون: الله ورسوله أعلم .
وإذا لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم بينهم، يقولون: الله أعل م . فقال: الله أعلم .
Maka Mu‘adz pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Demikianlah kebiasaan para salaf—semoga Allah meridhai mereka—jika mereka tidak mengetahui sesuatu, dan Nabi صلى الله عليه وسلم masih berada di tengah mereka, mereka berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Dan jika Nabi صلى الله عليه وسلم tidak berada di tengah mereka, maka mereka mengatakan: “Allah lebih mengetahui.” Maka ia pun berkata: “Allah lebih mengetahui.”
فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "أن يعبدوه ولا يُشركوا به"، هذا حق لله عز وجل عليهم .
من ف رط في هذا الحق، دخل في قول الله عز وج ل :
{ إن الله لا يغفر أن يُشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء }
فالشرك لا يغفره الله،
لأن الله عز وجل لا معبود بحق إلا هو،
وأرسل جميع الرسل لإقامة التوحيد،
وليعلموا الناس أن من حق الله عز وجل عليهم أن يو حدوه، وأن يعبدوه، وألا يُشركوا به شيئًا،
لا يجعلوا له ندًّا، ولا شبيهًا، ولا مثيلًا،
هذا حق الله .
Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.” Itu adalah hak Allah عز وج ل atas mereka.
Barang siapa meremehkan hak ini, maka ia termasuk dalam firman Allah عز وجل :
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki."
Syirik tidak akan diampuni oleh Allah.
Karena Allah عز وجل adalah satu-satunya yang berhak disembah dengan benar.
Dia mengutus seluruh rasul untuk menegakkan tauhid.
Agar mereka mengajarkan kepada manusia bahwa hak Allah atas mereka adalah untuk mentauhidkan-Nya, menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya sedikit pun.
Tidak menjadikan tandingan, atau kesamaan, atau yang serupa bagi-Nya.
Itulah hak Allah.
ومعنى "الحق" هنا: أنه ليس مر ده إليه، بل إن الأمر واجبٌ عليك أن تُؤ ديه .
فإن لم تُؤ ده، ع رضت نفسك لعذاب الله عز وجل، وع رضت نفسك لأن يُحبط عملك،
فإن الشرك بالله ليُحبط ن العمل .
Dan makna “hak” di sini bukanlah sesuatu yang kembali kepada kehendak Allah semata, tetapi ini adalah perkara yang wajib engkau tunaikan.
Jika engkau tidak menunaikannya, maka engkau telah membahayakan dirimu dengan azab Allah عز وجل . Dan engkau telah menjerumuskan dirimu ke dalam kehancuran amal.
Karena sesungguhnya syirik kepada Allah benar-benar akan menghapus semua amal.
ثم قال: "أتدري ما حقهم عليه؟ " حقهم، حق العباد على الله .
حق العباد على الله .
وهنا الله عز وجل هو الذي أوجب الحق على نفسه .
فلا نقول: إن الله يجب عليه ، نحن لا نقول: إن الله يجب عليه .
وإنما هنا: "وجب على الله" بإيجاب الله له .
وهذا فيه رد على من يزعمون أنه يجب عليه كذا وكذا .
نقول: من الذي أوجب على الله ؟
هل أحدٌ يملك أن يُوجب على الله شيئًا؟
لا أحد يدري أو يقدر أن يُوجب على الله شيئًا .
Lalu beliau bersabda: “Tahukah engkau apa hak mereka atas-Nya?”
Hak mereka, yaitu hak para hamba atas Allah. Hak para hamba atas Allah.
Dan dalam hal ini, Allah عز وجل -lah yang telah mewajibkan hak itu atas diri-Nya sendiri.
Maka kita tidak boleh mengatakan bahwa “Allah itu harus begini dan begitu.”
Kita tidak mengatakan bahwa Allah harus melakukan sesuatu.
Akan tetapi di sini disebutkan “Allah mewajibkan atas diri-Nya” itu karena Allah sendiri yang menetapkannya.
Ini adalah bantahan bagi mereka yang mengklaim bahwa Allah wajib melakukan ini dan itu.
Kita katakan: Siapa yang bisa mewajibkan sesuatu atas Allah?
Tak ada satu pun yang mampu mewajibkan sesuatu atas Allah.
الله تعالى هو الذي أوجب على نفسه، فقال: "الله ورسوله أعلم " ،
قال: "ألا يعذبهم ".
Allah Ta‘ala sendiri yang telah mewajibkan atas diri-Nya, lalu Mu‘adz berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Yaitu bahwa Allah tidak akan mengazab mereka.”
معنى ذلك: أن من حقق التوحيد، وو حد الله حق التوحيد، وأعطى حق الله له، ولم يصرفه لغيره،
كان حقًا أن لا يعذبه .
Maknanya adalah: barang siapa yang merealisasikan tauhid dan mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya, serta memberikan hak Allah kepada-Nya dan tidak menyalurkannya kepada selain-Nya, maka menjadi hak baginya untuk tidak diazab oleh Allah.
فهي براءة للمو حد من عذاب الله يوم القيامة، بوابة نجاة المو حد من عذاب الله يوم القيامة، { إن الله لا يغفر أن
يُشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء }
Ini merupakan jaminan keselamatan bagi orang yang bertauhid dari azab Allah pada hari kiamat. Ini adalah gerbang keselamatan bagi ahli tauhid dari siksa Allah pada hari kiamat. Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.”
إذا حققت التوحيد، فإن الله عز وجل يغفر لك، يوم القيامة، يغفر لك سائر الذنوب .
لكن إن لم تحقق، عذ بك الله تعالى يوم القيامة .
Jika engkau merealisasikan tauhid, maka Allah akan mengampunimu pada hari kiamat, Dia akan mengampuni seluruh dosa-dosamu.
Namun jika engkau tidak merealisasikannya, maka Allah Ta‘ala akan mengazabmu pada hari kiamat.
فتحقيق التوحيد هو مفتاح قبول العمل ومضاعفة الأجور، وهو مفتاح النجاة يوم القيامة .
Merealisasikan tauhid adalah kunci diterimanya amal dan dilipatgandakannya pahala, dan itu adalah kunci keselamatan pada hari kiamat.
لذا جميع الأنبياء أُرسلوا بدعوة التوحيد، هم إخوة لعِلان، كما جاء في الحديث، وجميعهم دعا إلى توحيد الله عز
وجل، وجميعهم أُوذي في سبيل هذه الدعوة العظيمة .
Oleh karena itu, seluruh nabi diutus dengan membawa dakwah tauhid.
Mereka adalah saudara satu bapak dalam agama, seperti disebutkan dalam hadis.
Semua mereka mengajak kepada tauhid kepada Allah عز وجل . Dan semuanya pernah disakiti dalam perjuangan dakwah yang agung ini.
دعوتهم، عقيدتهم واحدة، ودعوتهم إلى التوحيد واحدة، لكن شرائعهم مختلفة، وإن توافقوا في بعض الأمور .
الشرائع، وهي التشريعات والأحكام، جاءت مختلفة بحسب ما أنزل الله عليهم، وبحسب القدرة والإمكان .
Dakwah mereka, akidah mereka satu, dan ajakan mereka kepada tauhid juga satu.
Namun syariat mereka berbeda, meskipun terdapat kesamaan dalam sebagian hal.
Syariat-syariat tersebut—yaitu hukum-hukum dan aturan-aturan— datang dengan perbedaan tergantung apa yang Allah turunkan kepada mereka dan sesuai dengan kemampuan umatnya.
لكن جميع دعوات الأنبياء واحدة،، كلهم دعوا إلى عقيدة واحدة .
لذلك قال عز وجل: }إن الدين عند الله الإسلام{ ،
ولا نقول: إن هناك أديانًا،
الدين واحد، وهو الإسلام .
Namun seluruh dakwah para nabi itu satu, semuanya mengajak kepada satu akidah.
Karena itu Allah berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam.”
Kita tidak mengatakan bahwa ada banyak agama. Agama itu satu, yaitu Islam.
لا يوجد عندنا أديان، كل رسل الله عز وجل دعوا إلى الإسلام، وهو الاستسلام لله تعالى بالطاعة، والخلوص
من الشرك .
Tidak ada banyak agama dalam pandangan kita. Seluruh utusan Allah عز وجل
mengajak kepada Islam, yaitu tunduk dan berserah diri kepada Allah Ta‘ala melalui ketaatan dan memurnikan diri dari syirik.
ثم ذكر المصنف ختم هذا الباب بحديثين، قرأ فيهما أحد الصحابة سورة الإخلاص وكررها، وكان كلما صلى
بهم يقرأ هذه السورة ثم يعيدها، حتى أُتي إلى النبي صلى الله عليه وسلم .
Kemudian penyusun (Imam al-Bukhari) menyebutkan di penutup bab ini dua hadis,
dalam salah satunya seorang sahabat membaca Surah Al-Ikhlash dan mengulang-ulangnya, setiap kali ia mengimami mereka ia membaca surat itu lalu mengulanginya,
hingga kejadian itu disampaikan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.
فقال بعضهم: كأنك لا تقرأ في الصلاة إلا سورة الإخلاص؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم، لما أخبروا به،
قال: "والذي نفسي بيده، إنها لتعدل ثلث القرآ ن ".
Lalu sebagian dari mereka bertanya kepadanya: “Seakan-akan kamu tidak membaca dalam salat kecuali Surah Al-Ikhlash?” Maka Nabi صلى الله عليه وسلم, ketika diberitahu tentang hal itu,
bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh surat itu setara dengan sepertiga Al-Qur’an.”
وجاء في الحديث الثاني أن النبي صلى الله عليه وسلم أرسل إليه ، فقال: "سلوه، بأي شيء يصنع ذلك؟ "
وهذا استفسار من النبي صلى الله عليه وسلم .
Dan dalam hadits kedua, Nabi صلى الله عليه وسلم mengutus seseorang kepadanya, dan bersabda: “Tanyakan kepadanya, karena alasan apa ia melakukan itu?” Ini adalah bentuk klarifikasi dari Nabi صلى الله عليه وسلم.
وكان من عادة النبي صلى الله عليه وسلم: إذا وقعت واقعة، أو حادثة، أو حكاية، وكانت تحتاج إلى تفصيل،
استفسر النبي صلى الله عليه وسلم .
Adalah kebiasaan Nabi صلى الله عليه وسلم, ketika terjadi suatu kejadian atau peristiwa atau kisah,
dan itu membutuhkan penjelasan, maka Nabi صلى الله عليه وسلم akan mengklarifikasi.
استفسر، يعني سأله: "هل فعلت كذا؟ " وأحيانًا لم يكن يستقصي . فمتى يستفسر النبي صلى الله عليه وسلم؟ ومتى
لا يستفسر؟
Klarifikasi itu maksudnya beliau bertanya: “Apakah engkau melakukan ini dan itu?”
Namun kadang beliau tidak menelusuri secara detail. Lalu kapan Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya lebih jauh dan kapan beliau tidak?
إذا كانت الملابسات المختلفة لا تؤثر في الجواب، لم يستفسر . وإذا كان تغي ر القَصْد، أو وجود شيءٍ ما في
الحادثة قد يُغي ر الجواب، استفسر .
Jika perbedaan situasi dan kondisi tidak memengaruhi jawaban, maka beliau tidak bertanya lebih lanjut. Namun jika perubahan niat atau adanya hal khusus dalam kejadian itu dapat mengubah jawaban, maka beliau akan mengklarifikasi.
فلما جاءه مَعِي، واعترف على نفسه بالزنا، قا ل له النبي صلى الله عليه وسلم: "لعلك قب لت؟ "
قال: "بل جلدت ".
Ketika seseorang bernama Ma'iz datang kepada beliau dan mengaku telah berzina,
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda kepadanya: “Barangkali engkau hanya mencium?” Ia menjawab: “Tidak, bahkan aku telah melakukan hubungan (secara nyata).”
قال: "لعلك فعلت كذا؟ فعلت كذا؟" حتى قال له ذلك صراحة، باللفظ الصريح الذي يعرفه الجميع،
ثم قال له: "أدخلت ذاك منك بذاك منها؟ "
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Barangkali engkau melakukan ini? Melakukan itu?” hingga beliau menyampaikan secara jelas, dengan kata-kata yang eksplisit yang dipahami oleh semua orang, kemudian beliau bertanya: “Apakah engkau benar-benar telah memasukkan bagian itu darimu ke dalam bagian itu darinya?”
ثم سأل أصحابه: "أبه جُنون؟ أبه جُنُون؟ " لماذا استفسر النبي صلى الله عليه وسلم كل هذا الاستفسار ؟
من أجل ماعز، كما وردت في الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في حديث ناعم .
Lalu beliau bertanya kepada para sahabat: “Apakah dia gila? Apakah dia mengalami gangguan jiwa?” Mengapa Nabi صلى الله عليه وسلم mengajukan banyak pertanyaan ini?
Semua ini terjadi dalam kasus Ma'iz, sebagaimana disebut dalam hadits Na'im saat menyebut shalawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.
سأل النبي صلى الله عليه وسلم في هذه القصة ستة أسئلة، السؤا ل هو: لماذا استخبر النبي صلى الله عليه وسلم عنهم؟
لأنه قد يكون معذورًا،
Dalam kisah ini, Nabi صلى الله عليه وسلم mengajukan enam pertanyaan.
Pertanyaannya adalah: “Mengapa Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya kepada mereka tentang hal itu?”
Karena bisa jadi orang tersebut memiliki udzur, atau agar ia menarik kembali pengakuannya.
أو قد يكون أق ر على نفسه وهو لم يفعل، طلبًا للخلاص من الدنيا ، أو قد يكون أق ر على نفسه بشيء يضره،
وهو ليس كذلك .
Atau bisa jadi ia mengakui sesuatu atas dirinya padahal ia tidak melakukannya,
karena ingin melepaskan diri dari beban dunia, atau mungkin ia mengaku atas sesuatu yang justru membahayakan dirinya, padahal kenyataannya bukan demikian.
قد لا يكون يعرف الزنا، ق د يظن أن تقبيل المرأة هو الزنا ، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: "أأدخلت ذاك منك بذاك منها؟ "
فهو يستفسر لأنه ماذا بعد الاستفسار؟
Bisa jadi ia tidak tahu apa itu zina, ia mengira bahwa mencium perempuan adalah zina, maka Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya kepadanya: “Apakah engkau telah memasukkan bagian itu darimu ke dalam bagian itu darinya?” Nabi صلى الله عليه وسلم mengklarifikasi karena apa yang akan dilakukan setelahnya?
بعد الاستفسار، الحكم ثقيل، وهو رجم الرجل حتى الموت، فكان لا بد من التثب ت، فأحيانًا يستقصي النبي صلى الله عليه وسلم غاية
الاستقصاء .
Karena setelah klarifikasi itu akan diterapkan hukum yang berat, yaitu merajam seseorang sampai mati, maka harus ada kehati-hatian dan verifikasi yang mendalam, sehingga kadang Nabi صلى الله عليه وسلم menelusuri secara sangat rinci.
إذا كانت الواقعة مهمة، والمسألة خطيرة، وكل تفصيل قد يغي ر من الحكم ، فحينها يستقصي،
أما إذا كانت الملابسات لا تغي ر الحكم، فلا يستفصل .
Jika suatu peristiwa penting dan perkara itu serius, dan setiap detailnya bisa mengubah hukum, maka beliau akan menyelidiki lebih jauh, namun jika semua kondisi dan latar belakangnya tidak memengaruhi hukum, maka beliau tidak menanyakan lebih lanjut.
حتى وضع الإمام الشافعي رحمه الله قاعدة، قال: "الاستفسار في حكايا الأحوال مع قيام الاحتمال يُنزَّل منزلة
العموم في المقال، وترك الاستفسار يُنزَّل منزلة العموم كذلك ".
Bahkan Imam al-Syafi‘i رحمه الله merumuskan satu kaidah, beliau berkata: “Klarifikasi dalam kisah kondisi tertentu saat ada kemungkinan-kemungkinan, diposisikan seperti
lafaz umum dalam hukum, dan tidak melakukan klarifikasi pun juga dianggap berlaku secara umum.”
في مقام الفتوى، تُعامل ترك الاستفسار كاللفظ العام، الذي يشمل جميع الصور تحته،
أما إذا استقصى النبي صلى الله عليه وسلم، فله غرضٌ .
Dalam konteks fatwa, sikap Nabi صلى الله عليه وسلم yang tidak bertanya lebih lanjut diperlakukan seperti lafaz umum, yang mencakup semua kemungkinan di bawahnya.
Namun jika beliau menelusuri lebih lanjut, maka itu memiliki maksud tertentu.
قال: "سلوه " ، إ ن النبي صلى الله عليه وسلم بعث رجلاً إمامًا وكان يقرأ لأصحابه في صلاته ،
فيختم ب: }قل هو الله أحد{، فقالو ا ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم، فقال: "سلوه، لأي شيء يصنع ذلك؟ "
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tanyakan kepadanya,” bahwasanya beliau صلى الله عليه وسلم mengutus seseorang menjadi imam, dan orang itu membaca surat untuk para makmumnya dalam salat,
dan selalu menutup dengan Qul Huwallāhu Aḥad . Ketika para sahabat menyampaikan hal itu kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan hal itu?”
هذا استفسار من النبي صلى الله عليه وسلم، فما عدد أغراض الاستفسار؟ الاستفسار من النبي صلى الله عليه وسلم له أغراض كثيرة .
Ini adalah bentuk klarifikasi dari Nabi صلى الله عليه وسلم. Lalu berapa banyak tujuan dari klarifikasi itu? Sungguh, klarifikasi dari Nabi صلى الله عليه وسلم memiliki banyak tujuan.
قد يستفسر لتغير الحكم، وقد يستفسر لتعليم الناس، فقالوا: "يا رسول الله، أنبيع الرُّطبَ بالتمر؟ "
فقال: "أينقص إذا ج ف؟" قالوا: "نعم " ، قال: "فلا إذًا ".
Beliau bisa saja bertanya untuk menentukan perubahan hukum, atau bisa juga bertanya demi mengajarkan umat. Mereka pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkah kami menjual kurma basah dengan kurma kering?” Beliau bertanya: “Apakah akan berkurang jika mengering?” Mereka menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Kalau begitu tidak boleh.”
فاستفسر النبي صلى الله عليه وسلم منهم ليُعلمهم الحكم، ويُشير إلى العِل ة .
Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya kepada mereka untuk mengajarkan hukum, dan sekaligus menunjukkan sebab dan alasannya.
وأن العلة – ها؟ – أن العلة هنا اختلاف الوزن، " أينقص إذا ج ف؟" قالوا: نعم، قال: "فلا إذًا، ما دام ينقص
الوزن بين الرطب والتمر، فلا يجوز " ، وهذا بيع ربا .
Dan sebabnya – ya? – sebabnya di sini adalah perbedaan berat, Nabi صلى الله عليه وسلم bertanya: “Apakah berkurang jika mengering?” Mereka menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Kalau begitu tidak boleh, selama beratnya berkurang antara kurma basah dan kering, maka tidak boleh,” dan ini adalah jual beli yang mengandung riba.
وهنا كذلك، قال النبي صلى الله عليه وسلم: "سلوه، بأي شيء يصنع ذلك؟ " فسألوه ، فقال: "لأنها صفة الرحمن ."
Dan dalam peristiwa serupa, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tanyakan kepadanya, karena alasan apa ia melakukan hal itu?” Lalu mereka bertanya kepadanya, dan ia menjawab: “Karena (Surah Al-Ikhlāṣ) mengandung sifat-sifat Ar-Rahman.”
إذًا، الرجل يعرف قل هو الله أحد جيدًا، ويعرف معناها، ويعرف أنها جاءت في التوحيد،
ويعرف أن فيها صفات الرحمن جل في علاه، وقال: "وأنا أحب أن أقرأ بها، لأنها صفة الرحمن ."
Jadi, lelaki itu memahami Surah Qul Huwallāhu Aḥad dengan baik, ia tahu maknanya, dan ia tahu bahwa surat itu berkaitan dengan tauhid, dan bahwa di dalamnya terdapat sifat-sifat Ar-Rahman جل جلاله, dan ia berkata: “Aku suka membacanya karena ia menyebut sifat-sifat Ar-Rahman.”
فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "أخبروه أن الله يحبه ." وهذا إقرار من النبي صلى الله عليه وسلم على جواز ذلك الفعل، وهو أن تقرأ السورة
الواحدة رضًا في كل ركعة من الصلاة، الجهرية والسرية .
Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya.” Ini merupakan pengakuan dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa perbuatan tersebut diperbolehkan, yaitu membaca satu surat saja sebagai bacaan utama dalam setiap rakaat salat, baik dalam salat jahr (yang dibaca keras) maupun sirr (yang dibaca lirih).
ها؟ تكررها، هل هذا يجوز؟ نعم، يجوز، لا مانع منه . وها هو الرجل، كما في الحديث الأول، أ ن الرجل كان
يكررها، يصلي بالناس، فيقرأ بهم بعد الفاتحة في كل ركعة: قل هو الله أحد .
Nah? Mengulanginya—apakah ini boleh? Ya, boleh, tidak ada larangannya.
Dan inilah lelaki tersebut, seperti dalam hadits pertama, ia mengulang-ulangnya saat mengimami manusia dalam salat, ia membaca setelah Al-Fātiḥah di setiap rakaat: Qul Huwallāhu Aḥad .
وفي الحديث الثاني، لم يأتِ الأمر صريحًا بذلك، لأنه قال: "فيختم ب قل هو الله أحد " ،
فهناك احتمالان : إما أنه يختم كل ركعة بها، أو أنه يختم بها في الركعة الأخيرة من الصلاة الرباعية مثلًا .
Dan dalam hadits kedua, tidak dijelaskan secara eksplisit,
karena disebutkan: “ia menutup dengan Qul Huwallāhu Aḥad .” Maka ada dua kemungkinan: kemungkinan pertama ia menutup setiap rakaat dengan surat itu, atau ia hanya menutup rakaat terakhir dalam salat empat rakaat, misalnya.
فكأنه ألزم نفسه بالاحتمال الثاني، أنه يختم كل صلاة يصليها بجعل خاتمتها قل هو الله أحد ، والاحتمال الآخر
أنه يختم كل ركعة، وكلا الاحتمالين قائم .
Seolah-olah ia cenderung pada kemungkinan kedua, bahwa ia menutup setiap salat yang ia lakukan dengan surat Qul Huwallāhu Aḥad , dan kemungkinan lainnya adalah bahwa ia menutup setiap rakaat, dan kedua kemungkinan ini tetap terbuka.
فقوله: "فيختم ب قل هو الله أحد "، يحتمل الأمرين، وقد دلت بعض الروايات على أنه في كل ركعة .
والشاهد أن هذه السورة، أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أنها تعدل ثلث القرآن .
Ungkapan: “ia menutup dengan Qul Huwallāhu Aḥad ” dapat dimaknai kedua-duanya, dan beberapa riwayat menunjukkan bahwa itu dilakukan di setiap rakaat.
Intinya adalah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم menyampaikan bahwa surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur’an.
لماذا تعدل ثلث القرآن؟ لأن القرآن اشتمل على ثلاثة أجناس :
أخبار وتوحيد وأحكام، أخبار ما كان وما يكون، والأحكام التشريعية .
Mengapa ia setara dengan sepertiga Al-Qur’an?
Karena Al-Qur’an mencakup tiga jenis kandungan:
KISAH-KISAH, TAUHID, DAN HUKUM-HUKUM, kisah tentang apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi, serta hukum-hukum syariat.
هذا على وجه الإجمال، أما على التفصيل فربما نف صل أكثر من ذلك، لكن على وجه الإجمال، السورة اشتملت
على جنس كامل، وهذا مناسب لقول النبي صلى الله عليه وسلم: "تعدل ثلث القرآن ."
Itu secara garis besar, sedangkan secara rinci, mungkin kita bisa menguraikan lebih jauh, namun secara umum, surat ini mengandung satu jenis kandungan Al-Qur’an secara penuh, dan ini sesuai dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: “Setara dengan sepertiga Al-Qur’an.”
ثلث القرآن بماذا؟ بجنسٍ من الأجناس المذكورة في القرآن، لأن الأجناس المذكورة في القرآن ثلاثة،
وسورة قل هو الله أحد ذكرت جنسًا كاملًا منها، وهو: التوحيد .
Sepertiga Al-Qur’an dalam hal apa? Dalam jenis kandungan yang disebutkan dalam Al-Qur’an, karena dalam Al-Qur’an terdapat tiga jenis kandungan, dan surat Qul Huwallāhu Aḥad menyebutkan satu jenis secara lengkap, yaitu: tauhid.
قل هو الله أحد : الله الصمد ، الذي تَم ر إليه جميع الخلائق، فترجوه وتدعوه، لم يلد ولم يولد ، ليس كالبشر، يلد
ويولد .
Qul Huwallāhu Aḥad : Allah adalah As-Shamad, yang kepada-Nya semua makhluk bergantung, memohon dan berdoa, Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dia tidak seperti manusia yang melahirkan dan dilahirkan.
تعالى الله عن ذلك علوًا كبيرًا، ولم يكن له كُفُوًا أحد، لا أحد يكافئه، ليس له شبيه، ولا ن د، ولا نظير،
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير .
Maha Tinggi Allah dari semua itu dengan ketinggian yang agung, dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya, tidak ada yang menandingi-Nya, Dia tidak memiliki yang serupa, tidak pula tandingan, tidak pula padanan, Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
ما علاقة الحديثين بموضوع الباب: "باب ما جاء في دعاء النبي صلى الله عليه وسلم أمته إلى التوحيد"؟
ها؟ جيد جدًا أننا نعيش ذلك . ريان، يعني: أين في الحديثين الأخيرين دعا النبي صلى الله عليه وسلم أمته إلى التوحيد؟
Apa hubungan dua hadits terakhir dengan judul bab: “Bab tentang ajakan Nabi صلى الله عليه وسلم
kepada umatnya untuk mentauhidkan Allah” ? Nah? Bagus sekali kita membahas hal ini. maksudnya: di mana dalam dua hadits terakhir itu Nabi صلى الله عليه وسلم mengajak umatnya kepada tauhid?
في الحديث أن رجلاً كان يقرأ سورة قل هو الله أحد ويكررها، وفي الحديث الثاني: "يختم ب قل هو الله أحد
، سلوه فيمَ فعل ذلك " ، ثم قال: "أخبروه أن الله يحبه ". أين دعاء النبي صلى الله عليه وسلم إلى التوحيد في هذا ؟
Dalam hadits disebutkan bahwa ada seorang lelaki yang membaca surah Qul Huwallāhu Aḥad dan mengulanginya, dan dalam hadits kedua disebut: “Ia menutup
(bacaan) dengan Qul Huwallāhu Aḥad , tanyakan kepadanya kenapa ia melakukan itu,” kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”
Lalu, di mana letak ajakan Nabi صلى الله عليه وسلم kepada tauhid dalam hal ini?
لأن الباب يقول: "باب ما جاء في دعاء النبي صلى الله عليه وسلم أمته إلى توحيد الله تبارك وتعالى ". فأين ذلك؟ حتى نربط
الحديث بالترجمة . سنفهم لماذا رواه البخاري، وسنعرف كيف وضع البخاري هذا الحديث هنا في هذا الباب .
Karena nama babnya menyebut: “Bab tentang ajakan Nabi صلى الله عليه وسلم kepada umatnya untuk mentauhidkan Allah Ta‘ala.” Maka di mana hal itu dalam hadis? Supaya kita bisa mengaitkan hadits dengan judul bab.
Kita akan pahami mengapa al-Bukhari meriwayatkannya, dan kita akan tahu bagaimana al-Bukhari menempatkan hadits ini dalam bab ini.
لأنه قال في الحديث الأول: "والذي نفسي بيده، إنها لتعدل ثلث القرآن ". تعدل ثلث القرآن بماذا؟ بالتوحيد . أليس
هذا دعاءً من النبي صلى الله عليه وسلم إلى أن يأخذوا بما في سورة الإخلاص، فيوحدوا الله؟
Karena dalam hadits pertama disebutkan: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.” Sebanding dalam hal apa? Dalam tauhid. Bukankah ini merupakan ajakan dari Nabi صلى الله عليه وسلم agar mereka mengambil kandungan dalam surah Al-Ikhlāṣ dan mentauhidkan Allah?
هذا هو الدعاء، لأن النبي صلى الله عليه وسلم هنا أق ر هذا الفعل، وبين بيانًا زائدًا أنها تعدل ثلث القرآن . ثم في الحديث الثاني،
قال: "أخبروه أن الله يحبه"، جوابًا على ماذا ؟
Itulah bentuk ajakan, karena Nabi صلى الله عليه وسلم menyetujui perbuatan itu, dan beliau menambahkan penjelasan bahwa surah itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
Kemudian dalam hadits kedua, beliau bersabda: “Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya,”—ini sebagai jawaban atas apa?
على قوله: "إنها صفة الرحمن، وأنا أحب أن أقرأ بها " ، يعني: أحب أن أقرأها لأنها تحوي صفات الله جل في
علاه . فهذا الرجل يحب أن يعلم صفات الله، ويحب، وهو يعلمها، ويحب ما يعلم، ليع ظم الله تعالى في قلبه .
Atas ucapannya: “Sesungguhnya surat itu berisi sifat-sifat Ar-Rahman, dan aku suka membacanya,” maksudnya: ia mencintai surat itu karena berisi sifat-sifat Allah Yang Maha Tinggi. Maka lelaki itu mencintai untuk mengenal sifat-sifat Allah, dan ia mencintainya sambil memahaminya, dan mencintai apa yang ia pahami, agar mengagungkan Allah dalam hatinya.
لأن التوحيد قائم في قلبه، وهو معظم لله عز وجل ، فأحب أن يقرأ بهذه السورة العظيمة . فإذا هو قرأها لأن
التوحيد قام في قلبه، أليس كذلك ؟
Karena tauhid telah tertanam dalam hatinya, dan ia mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, maka ia menyukai untuk membaca surat yang agung ini. Jika ia membaca karena tauhid telah ada dalam hatinya—bukankah begitu?
الله يحبه، يعني: كل من أصاب التوحيد في قلبه، فالله يحبه . أليس هذا دعاء من النبي صلى الله عليه وسلم لإقامة التوحيد؟ كما
جاء في عنوان الباب في الترجمة ؟
Allah mencintainya, artinya: siapa saja yang benar-benar memiliki tauhid dalam hatinya, maka Allah mencintainya. Bukankah ini merupakan bentuk seruan dari Nabi
صلى الله عليه وسلم untuk menegakkan tauhid? Sebagaimana yang disebut dalam judul bab dalam kitab?
نعم، هذا هو مراد البخاري رحمه الله تعالى . السلام عليكم . قال رحمه الله تعالى: قول الله تبارك وتعالى:
"الحسنى ".
Ya, inilah maksud dari al-Bukhari رحمه الله تعالى . Wassalamu ‘alaikum. Beliau رحمه الله
تعالى berkata: firman Allah Ta‘ala: “al-Ḥusnā” (yang terbaik).
نبينا محمد، قال : قال أبو معاوية عن أحمد عن زيد بن جرير رضي الله عنه ،
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لا يرحم الله من لا يرحم الناس ".
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, bahwa: Abu Mu‘āwiyah meriwayatkan dari Ahmad dari Zaid bin Jarīr رضي الله عنه , ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Allah tidak akan merahmati siapa pun yang tidak menyayangi manusia.”
قال: "كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم، إذ جاءه رسول إحدى الثلاثين يدعوه إلى أبناء الموت، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ارجع، اغسلها ،
وكل شيء عنده مُس مى ." أظن هذا هو المصلح فلتحتسب .
Ia berkata: “Kami sedang bersama Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu datang seorang utusan dari salah satu dari tiga puluh (suku) yang mengundang beliau kepada orang-orang yang sedang sekarat, maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Kembalilah, mandikanlah ia,’ dan segala sesuatu di sisi-Nya ada batas waktunya.” Aku kira inilah orang shalih itu—semoga engkau mengharap pahala dari Allah.
قال الرسول صلى الله عليه وسلم : "إن أسلمت فأتني بها"، فقال النبي صلى الله عليه وسلم، فدفع الصبي إليه ولبسه فقط، كأنها في
شأنه، فقال له: "تعال"، يا رسول الله، قال: "جعله الله في قلوب عباده، وإنما ينعم الله بالعباد للرحماء ".
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Jika kau masuk Islam, bawalah dia kepadaku.” Maka Nabi صلى الله عليه وسلم
menyerahkan anak itu kepadanya dan memakaikannya pakaian saja, seolah-olah ia sedang mengurusnya sendiri. Lalu beliau bersabda: “Mari, wahai Rasulullah,” kemudian bersabda: “Allah-lah yang menanamkan kasih sayang di hati hamba-hamba-Nya, dan sesungguhnya Allah memberi kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya melalui orang-orang yang penyayang.”
نعم، هذا هو الباب الثاني من أبواب كتاب التوحيد، باب قول الله تبارك وتعالى: "قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن
أي ا ما تدعوا فله الأسماء الحسنى ".
Ya, inilah bab kedua dari Kitab Tauhid, yaitu Bab tentang firman Allah Ta‘ala: “Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Nama mana saja yang kalian gunakan, maka bagi-Nya nama-nama terbaik.”
فهذه طريقة جديدة في الترجمة من البخاري، الباب الأول ذكره بصياغته: "باب ما جاء في دعاء النبي صلى الله
عليه وسلم أمته إلى توحيد الله تبارك وتعالى"، بينما في الباب الثاني جاءت ترجمته آية من القرآن، ثم أتى
بأحاديث تفسر شيئا من الآية .
Ini adalah metode baru Imam al-Bukhari dalam menyusun judul bab. Pada bab pertama, ia menyusunnya dengan redaksi sendiri: “Bab tentang seruan Nabi صلى الله عليه وسلم
kepada umatnya untuk mentauhidkan Allah.” Sementara di bab kedua, ia menggunakan ayat Al-Qur’an sebagai judul dan kemudian membawa hadis- hadits yang menjelaskan sebagian dari ayat tersebut.
الحديث الأول والثاني اللذان ذكرهما البخاري يفسران الآية: "قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن أي ا ما تدعوا فله
الأسماء الحسنى"، وهذه الآية تقرر دعاء الله تعالى بأسمائه الحسنى، قال: "فادعوه بها"، فكل الأسماء الحسنى
يُدعى بها .
hadits pertama dan kedua yang dibawakan al-Bukhari menjelaskan ayat: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, nama mana saja yang kalian gunakan, maka bagi-Nya nama-nama terbaik.” Ayat ini menegaskan bahwa Allah boleh diseru dengan semua nama-Nya yang indah. Allah berfirman: “Maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama tersebut.”
فذكرت الآية بعض التفصيل: "قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن"، أي سواء قلتم: الله أو الرحمن، فكلاهما صحيح
وجائز، وهذا يدل على أن بقية الأسماء والصفات كذلك، فذُكرت هذه الآية كمثال لبقية الأسماء المذكورة في
قوله: "ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها ".
Ayat tersebut memberikan sedikit perincian: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman,” artinya, baik kamu mengatakan “Allah” atau “Ar-Rahman”, keduanya sah dan diperbolehkan. Ini menunjukkan bahwa seluruh nama dan sifat Allah yang lain
pun bisa digunakan untuk berdoa, sebagaimana firman-Nya: “Dan bagi Allah nama-nama terbaik, maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama itu.”
ثم ذكر البخاري حديث جرير بن عبد الله البجلي قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: "لا يرحم الله من لا يرحم
الناس"، فإن الله رحيم، والله تعالى رحيم بخلقه، ومن أراد أن يتخلق بصفة الرحمن فعليه أن يكون رحيم اً .
Kemudian al-Bukhari menyebutkan hadits dari Jarir bin Abdullah al-Bajali: Nabi صلى الله عليه وسلم
bersabda: “Allah tidak merahmati orang yang tidak merahmati manusia.” Karena Allah Maha Penyayang terhadap makhluk-Nya, maka siapa yang ingin meneladani sifat Ar-Rahman, hendaklah ia menjadi pribadi yang penyayang.
وهذه دعوة من النبي صلى الله عليه وسلم لأن نكون رحماء فيما بيننا، ومن اتصف بهذه الصفة فقد اتصف
بصفة الرحمن جل وعلا، وإذا أردت أن يرحمك الله فارحم غيرك، فإن الجزاء من جنس العمل .
Ini adalah ajakan dari Nabi صلى الله عليه وسلم agar kita saling menyayangi satu sama lain. Barangsiapa memiliki sifat ini, berarti ia telah meneladani sifat Ar-Rahman. Jika kamu ingin Allah menyayangimu, maka sayangilah orang lain. Karena balasan sesuai dengan perbuatan.
هذا فيه تقرير للتوحيد، لأنك إنما ترحم لأجل الله، فتعظيم الله عز وجل في قلبك يدفعك لذلك. ثم أورد البخاري
حديثا عاما يأمر فيه بالرحمة، وحديثا خاصا يُبي ن أن النبي صلى الله عليه وسلم هو أولى الناس بهذه الصفة، فهو
أرحم الناس بأمته .
Hal ini mengandung penguatan makna tauhid, karena kamu menyayangi orang lain karena Allah. Rasa pengagungan kepada Allah dalam hatimu mendorongmu untuk bersikap demikian. Al-Bukhari kemudian menyebutkan satu hadits umum tentang perintah berbelas kasih, dan satu hadits khusus yang menunjukkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم
adalah orang yang paling layak menyandang sifat kasih sayang tersebut, dan beliau adalah orang yang paling penyayang kepada umatnya.
فجاء يُبَي نُ رحمة النبي صلى الله عليه وسلم بأمته، وأن النبي صلى الله عليه وسلم امتثل هذه الصفة فكان أعلى
الناس بها، وأولى الناس عملًا بها، هذا الحديث يقول أُسامة بن زيد: كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ جاءه
رسولُ إحدى بناته يدعوه، يعني يدعوه أي يطلب قدوم النبي صلى الله عليه وسلم إلى من يحتضر، إلى من في
سكرات الموت .
Maka hadits ini menjelaskan kasih sayang Nabi صلى الله عليه وسلم terhadap umatnya, dan bahwa beliau benar-benar mewujudkan sifat kasih sayang tersebut, sehingga beliau adalah orang yang paling mulia dan utama dalam menerapkannya. Usamah bin Zaid berkata: Kami berada di sisi Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu datang seorang utusan dari salah satu putri beliau memanggil beliau, maksudnya memanggil Nabi صلى الله عليه وسلم agar datang kepada seseorang yang sedang sakaratul maut.
هنا إحدى بناته ليس المقصود بناته من صلبه، بل من بنات المؤمنين، أرسلت رسولًا إلى النبي صلى الله عليه
وسلم تقول: ادعُ النبي صلى الله عليه وسلم، لماذا؟ لأن ابنها يحتضر، فأرادت أن يحضر النبي صلى الله عليه
وسلم ليسليها بمحبة النبي لها، ويسليها بكلماته صلى الله عليه وسلم .
Yang dimaksud “salah satu putri beliau” di sini bukanlah putri kandung Nabi صلى الله عليه وسلم, melainkan dari kalangan perempuan mukminah. Ia mengutus seseorang kepada Nabi
صلى الله عليه وسلم untuk memanggil beliau. Mengapa? Karena anaknya sedang sekarat, dan ia ingin agar Nabi صلى الله عليه وسلم hadir untuk menghiburnya karena kecintaannya kepada Nabi, dan agar beliau menenangkannya dengan kata-kata beliau yang penuh kelembutan.
فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "ارجع، أخبرها"، يعني قال: "إن لله ما أخذ، وله ما أعطى، وكل شيء عنده
بأجل مسمى، فمرها فلْتَصْبِرْ وتحتسبْ"، هذا دعاء تثبيت وتسكين من النبي صلى الله عليه وسلم، ويتضمن
الرحمة والعطف .
Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Kembalilah, sampaikan padanya,” artinya beliau tidak langsung pergi bersama utusan itu. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, dan milik-Nya apa yang Dia beri, dan segala sesuatu ada ajal yang telah ditentukan. Maka suruhlah dia untuk bersabar dan mengharap pahala.” Ini
adalah doa yang penuh keteguhan dan kelembutan dari Nabi صلى الله عليه وسلم, yang menunjukkan kasih sayang dan perhatian beliau.
ما قال: "دعها تفعل ما تشاء"، بل أرسل رسالة مشجعة، حانية، فقال: "أخبرها بكذا وكذا"، وهذه الألفاظ فيها
رحمة، وعطف، وتذكير أن الله هو المالك، وهو الذي يأخذ ويعطي، وكل شيء بقدر .
Beliau tidak berkata, “Biarkan saja dia berbuat sesukanya,” tetapi malah mengirimkan pesan yang penuh kasih dan penghiburan: “Sampaikan padanya ini dan itu.” Kata-kata ini penuh dengan kasih sayang, kelembutan, dan pengingat bahwa Allah adalah pemilik segalanya, Dialah yang mengambil dan memberi, dan semua terjadi dengan ketentuan.
" إن لله ما أخذ، وله ما أعطى، وكل شيء عنده بأجل مسمى"، هذه الكلمات عظيمة، تذكرنا أن كلنا نعيش إلى
أجل مسمى، نأكل أرزاقنا وننتظر آجالنا، كلنا ذاك الرجل، من لم يمت اليوم مات غدًا .
“Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, dan milik-Nya apa yang Dia beri, dan segala sesuatu ada ajal yang telah ditentukan,” kata-kata ini sangat agung. Ia mengingatkan kita bahwa kita semua hidup sampai ajal yang telah ditentukan, kita makan rezeki kita sambil menunggu datangnya ajal, semua kita akan mati, siapa yang tidak mati hari ini akan mati besok.
فقال: "فَمُرْها فلْتَصْبِرْ وتحتسب"، أمرها أن تصبر وتطلب الأجر، لأن الصبر مأمور به، والله عز وجل قال:
"إنما يُوَفَّى الصابرون أجرهم بغير حساب"، فهذه الكلمات هي التي وردت في السنة في العزاء .
Beliau bersabda: “Maka suruhlah dia bersabar dan mengharap pahala.” Beliau memerintahkannya untuk bersabar karena itu adalah perintah agama, dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan diberi pahala tanpa batas.” Maka kata-kata ini adalah satu-satunya redaksi khusus dalam sunnah terkait ucapan takziah.
يعني هذه الكلمات هي التي وردت كألفاظ خاصة في السنة عند العزاء، أما غيرها فلا حرج فيه، لأنه ثبت أن
التعزية تكون بما يصب ر أهل الميت، لكن هذه العبارة قالها النبي صلى الله عليه وسلم، فهل يُشرع لنا أن نقولها؟
نعم .
Artinya, kata-kata inilah yang diriwayatkan secara khusus dalam sunnah untuk takziah. Adapun ucapan lain tidak mengapa, karena memang disebutkan bahwa takziah adalah dengan ucapan yang dapat menghibur keluarga yang berduka. Namun karena Nabi صلى الله عليه وسلم mengucapkan kalimat ini, apakah kita juga disyariatkan untuk mengucapkannya? Jawabannya: ya.
فنقول بدل "أحسن الله عزاءكم" أو "عظم الله أجركم" أو "غفر الله لميتكم"، يمكن أن نقول: "إن لله ما أخذ وله
ما أعطى وكل شيء عنده بأجل مسمى، فلتصبر ولتحتسب"، وهذه سنة نبوية .
Maka, sebagai pengganti ucapan seperti “Semoga Allah menguatkan hatimu,” atau “Semoga Allah membesarkan pahalamu,” atau “Semoga Allah mengampuni yang wafat,” kita bisa mengucapkan: “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, dan milik-Nya apa yang Dia beri, dan segala sesuatu ada ajal yang ditentukan. Maka bersabarlah dan berharaplah pahala.” Ini adalah sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم.
لكن أمرنا النبي صلى الله عليه وسلم أن نقول مثل هذا، أن هذا المرء أو مثله من جنسه إذا يُعَزَّى أهل الميت،
قال: فأعادت رسولها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، ليس المقصود بالرسول هو النبي صلى الله عليه
وسلم، وإنما أعادت الرسول الذي رجع من عند رسول الله، فأخبرها بهذا الدعاء، فأعادته إلى رسول الله صلى
الله عليه وسلم .
Namun Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan kita untuk mengucapkan seperti itu (doa takziah), kepada orang ini atau kepada orang yang sejenis dengannya, ketika menghibur keluarga orang yang wafat. Maka wanita itu mengutus kembali utusannya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم —bukan Nabi yang dimaksud sebagai utusan, tetapi orang yang tadinya membawa pesan Nabi kemudian kembali— ia diutus lagi kepada Rasul صلى الله عليه وسلم.
فقال هذا الرسول للنبي صلى الله عليه وسلم: إنها أقسمت لتأتينها، تقسم عليه، تسألك بالله أن تأتي أنت بنفسك يا
رسول الله، فلما وجد النبي صلى الله عليه وسلم أنها عزمت عليه بالمجيء، ومن رحمته، ومن عظمته في العمل
بالرحمة وتطبيقها، قام النبي صلى الله عليه وسلم .
Utusan itu berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم: “Ia bersumpah bahwa Anda benar-benar harus datang kepadanya. Ia memohon dengan nama Allah agar Anda datang sendiri, wahai Rasulullah.” Maka ketika Nabi صلى الله عليه وسلم mengetahui bahwa wanita itu bersungguh-sungguh meminta beliau datang, karena kasih sayangnya dan kebesaran beliau dalam menerapkan rahmat, maka beliau pun berdiri untuk pergi menemuinya.
وهو من هو؟ بأبي هو وأمي صلى الله عليه وسلم، أشغاله كثيرة، وأعماله كثيرة، وأفعاله عظيمة، لكنه قام إلى
هذه المرأة رحمة بها، وقال: وقام معه سعد بن معاذ، وسعد بن عبادة، ومعاذ بن جبل، ودُفع الصبي إلى النبي
صلى الله عليه وسلم، ونَفْسُه تقعقع، يعني تنطلق كأنها في شن .
Padahal beliau adalah siapa? Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusannya صلى الله عليه وسلم. Kesibukannya sangat banyak, urusannya mulia dan agung, tetapi beliau tetap bangkit menemui wanita itu karena kasih sayang kepadanya. Beliau didampingi oleh Sa‘d bin Mu‘ādz, Sa‘d bin ‘Ubādah, dan Mu‘ādz bin Jabal. Anak kecil itu pun diberikan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, dan nyawanya sudah bergetar, seolah-olah hendak keluar dari wadah usang.
شن يعني وعاء من جلد قديم أو خربة، كأنه قربة بادية، جلده ناشف، فلما رأى النبي صلى الله عليه وسلم هذا
الموقف فاضت عيناه، أي بكى النبي صلى الله عليه وسلم، فقال له سعد: يا رسول الله، ما هذا؟ أو لمَ فعلت هذا؟
وفي رواية: ما هذه؟ ما هذه الدموع؟
“Shin” maksudnya wadah dari kulit yang sudah usang atau retak, seperti kantong air dari pedalaman, kulitnya kering. Ketika Nabi صلى الله عليه وسلم melihat pemandangan itu, air matanya pun mengalir—beliau menangis. Maka Sa‘d berkata kepadanya: “Wahai Rasulullah, apa ini? Mengapa engkau melakukan ini?” Dalam riwayat lain dikatakan: “Apa ini? Air mata ini maksudmu?”
وهذا يدل على جواز أن يجزع الرجل ويبكي، وأن القلب يحزن، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: هذه رحمة،
جعلها الله في قلوب عباده، وإنما يرحم الله من عباده الرحماء .
Hal ini menunjukkan bahwa seorang lelaki boleh saja merasa sedih dan menangis, dan bahwa hati itu bisa bersedih. Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Ini adalah rahmat yang Allah letakkan di hati hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
هذا الحديث يُقَ رر الحديث الأول: "لا يرحم الله من لا يرحم الناس"، وهنا قال: "إنما يرحم الله من عباده
الرحماء"، فبين الحديثان أن الرحمة من صفات أهل الإيمان، ومن أسباب نيل رحمة الرحمن .
Hadits ini menegaskan hadits pertama: “Allah tidak merahmati orang yang tidak merahmati manusia.” Dan di sini disebutkan: “Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.” Maka kedua hadits ini menunjukkan bahwa sifat rahmat adalah ciri khas orang beriman dan menjadi sebab turunnya rahmat dari Ar-Rahman.
Semoga bermanfaat
Zaki Rakhmawan Abu Usaid