Program Orang Tua Asuh Buat Putri-putri Penghafal Al-Qur’an

PEMBUKAAN DAURAH SYAR’IYYAH – STAI ALI Bin ABI THALIB – 24

 


#ResumeDaurahSyariyyah_24

#STAI_ALI_BIN_ABI_THALIB

PEMBUKAAN DAURAH SYAR’IYYAH – STAI ALI Bin ABI THALIB – 24

Kata Sambutan yang disampaikan oleh Yang Mulia Syaikh Fathi Abdullah al-Mushily,

semoga Allah menjaganya :

السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته

الحمد هلل وصلى هللا على محمد و على آ له وصحبه وسلم تسليما كثيرا

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad, kepada keluarganya

dan para sahabatnya, serta salam yang sebanyak-banyaknya.

إخوة اإليمان، الساعي إلى سبيل العلم والرشاد،

Wahai saudara-saudara seiman, orang yang berusaha menempuh jalan ilmu dan

petunjuk,

يسعى إلى ربه في رفع الجهل عن نفسه، ثم يسعى لرفع الجهل عن غيره،

dia berusaha mendekat kepada Rabbnya dengan cara mengangkat kebodohan dari

dirinya sendiri, lalu berusaha mengangkat kebodohan dari orang lain,

ثم يسعى في الدفاع عن الشريعة ونصرتها،

kemudian berjuang membela syariat dan menolongnya,

وهو في ذلك يعظم العلم أوال.

dan dalam hal itu, ia mengagungkan ilmu terlebih dahulu.

تعظيم العلم، ثم بتحصيله، ثم باالنتفاع منه،

Pengagungan terhadap ilmu, lalu dengan memperolehnya, kemudian dengan

mengambil manfaat darinya,

فتراه يشتغل في باب التعظيم والفضيلة، وفي باب التحصيل والوسيلة،

maka anda akan melihatnya menyibukkan diri dalam bab pengagungan dan

keutamaan, serta dalam bab pencapaian dan sarana,

طمعا وتشوفا إلى الثمرة والنتيجة، وأي نتيجة أعظم - إخوة اإليمان-

dengan penuh harapan dan kerinduan terhadap buah dan hasilnya. Dan hasil apa

yang lebih agung – wahai saudara-saudara seiman –

إال تلك التي إليها القرآن مبينا مقاصد بعثة النبي صلى هللا عليه وسلم:

selain dari apa yang dijelaskan oleh Al-Qur’an tentang tujuan diutusnya Nabi هللا صلى

?عليه وسلم

هو الذي بعث في األميين رسوال منهم، يتلو عليهم آياته،

Dialah (Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul dari

kalangan mereka, membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

ويزكيهم، ويعلمهم الكتاب والحكمة، وإن كانوا من قبل لفي ضالل مبين.

menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah,

padahal sebelumnya mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.

جاءت هذه اآلية لتبين أن رسالة نبينا صلى هللا عليه وسلم،

Ayat ini datang untuk menjelaskan bahwa risalah Nabi kita وسلم عليه هللا صلى,

جاءت إلنقاذ األميين، ولهدايتهم.

datang untuk menyelamatkan kaum buta huruf dan membimbing mereka.

ثم بينت اآلية أن هذه الرسالة العظيمة، من أولها إلى آخرها،

Lalu ayat ini juga menjelaskan bahwa risalah yang agung ini, dari awal hingga akhir,

تدور على مطالب ثالثة: هو الذي بعث في األميين رسوال منهم،

berporos pada tiga tuntutan utama: Dialah yang mengutus kepada kaum buta huruf

seorang rasul dari kalangan mereka:

أوال: يتلو عليهم آياته، ثم يزكيهم، ثم يبدأ بتعليمهم، تعليما مفصال.

Pertama: membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, kemudian menyucikan

mereka, lalu mulai mengajarkan mereka, dengan pengajaran yang terperinci.

البداية تكون تالوة المفضي إلى الهداية،

Permulaan dimulai dengan tilawah (pembacaan ayat-ayat Allah) yang mengantarkan

kepada petunjuk.

وبالتزكية المفضية إلى التربية،

Lalu dengan penyucian jiwa yang menghantarkan kepada tarbiyah (pembinaan).

وبالتعليم الذي يوصل إلى الحكمة،

Kemudian dengan pengajaran yang menyampaikan kepada kebijaksanaan.

وأي مقامات يتخلف طالب العلم،

Betapa banyak kedudukan mulia yang terlewatkan oleh para penuntut ilmu,

ودعاة في األرض بين الهداية والتزكية والحكمة،

dan para dai di muka bumi berada di antara tiga hal: hidayah - petunjuk, penyucian

jiwa, dan kebijaksanaan.

وتلك وهللا هي مقاصد هذه الرسالة،

Dan demi Allah, itulah tujuan-tujuan utama dari risalah (kenabian) ini.

ومن ارتقى إليها، ومن وضع قدمه في طريقها، فهو يتشوف بثالث منازل، ويتطلع إلى األجر العظيم،

Barang siapa yang naik menuju tujuan ini, dan meletakkan kakinya di jalur ini, maka

ia akan merindukan tiga tingkatan, dan berharap mendapatkan pahala agung,

الذي جاء ذكره في القرآن والسنة .

yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.

بدأ أوال بتعظيم العلم،

Dimulai terlebih dahulu dengan mengagungkan ilmu,

ثم تحصيله،

kemudian mengusahakan untuk memperolehnya,

ثم االنتفاع منه.

lalu mengambil manfaat darinya.

وهو في ذلك يبحث عن أمور ثالثة:

Dalam proses itu, ia mencari tiga perkara:

يبحث عن الدليل الهادي،

Ia mencari dalil yang memberi petunjuk,

ويبحث عن المعلم والشيخ المربي،

dan mencari guru dan pembimbing yang mendidik,

ويبحث عن الكتاب المغذي،

dan mencari kitab yang dapat memberikan kandungan ilmu yang banyak (ilmiah dan

ruhani).

ألنه يريد الجدال،

Karena ia ingin mampu berdialog dan berargumen,

ويريد التربية،

ia ingin pendidikan diri yang utuh,

ويريد التغذية، تغذية بالكتاب والسنة، وبمعانيها الجامعة.

dan ia ingin asupan yang mengenyangkan pemahaman berupa kitab dan sunnah,

dengan makna-makna yang menyeluruh.

وهو يعيش هذه المدارس،

Ia hidup dalam berbagai madrasah (jalan pendidikan dan pengajaran),

ويتخلف في هذه المنازل،

namun kadang tertinggal dalam beberapa tingkatan ini.

يتذكر أن رفاقا ينتظرونه،

Ia teringat bahwa ada sahabat-sahabat seperjuangan yang menantinya,

تقدموا عليه، إما في الزمان، وإما بمكانة العلم،

mereka telah lebih dahulu melaju, entah dari segi waktu atau kedudukan dalam ilmu,

والعلماء يقف عند نصوص ثالثة عظيمة، أولها قوله تعالى:

dan para ulama berdiri teguh di atas tiga dalil nash (teks) agung, yang pertama

adalah firman Allah Ta‘ala:

"يرفع هللا الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات."

"Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)

فأدرك هذا السائر إلى ربه أن االرتقاء في الدرجات، وأن العلو في المنازل، متوقف على افتراض العلم

باإليمان،

Maka orang yang berjalan menuju Rabbnya pun menyadari bahwa kenaikan derajat

dan ketinggian kedudukan itu bergantung pada penggabungan antara ilmu dan iman.

ثم هو يتطلع إلى أمر آخر...

Lalu ia menatap dan bercita-cita kepada perkara yang lebih tinggi lagi...

وهو أن يكون من أهل الخير،

Yaitu bahwa seseorang hendaknya termasuk dari kalangan orang-orang yang baik.

وأن يستوقف بالخيرية،

Dan agar ia dikenang karena kebaikannya.

متذكرا حديث النبي صلى هللا عليه وسلم:

:صلى هللا عليه وسلم Nabi sabda mengingat Sambil

"من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين."

"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan

memahamkannya dalam urusan agama." (HR. Al-Bukhari no. 3116 dan Muslim no.

1037)

وأن كل هذه المعاني الجامعة، يتطلع إلى آية قرآنية عظيمة،

Dan seluruh makna agung yang menyeluruh ini mengarah kepada satu ayat Al-Qur’an

yang agung.

ال يريد أن ينال الدرجات فحسب، وال يريد أن يدخل من فقط، هل يريد أن يكون إماما يهدينا؟ ومعلما للخير؟

Ia tidak sekadar ingin meraih derajat yang tinggi, tidak hanya ingin masuk (surga)

semata, melainkan agar menjadi imam yang membimbing kita? Dan pengajar

kebaikan?

كما قال هللا تعالى: "وجعلنا منهم أئمة يهدون بأمرنا لما صبروا وكانوا بآياتنا يوقنون."

Sebagaimana firman Allah Ta‘ala: “Dan Kami jadikan di antara mereka para imam

yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, karena mereka bersabar dan mereka

meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

فأدرك طالب العلم الساعي إلى سبيل الرشاد، أدرك أن التفاوت في الدرجات،

Maka penuntut ilmu yang berjalan di jalan petunjuk menyadari bahwa perbedaan

derajat,

متوقف على كمال العلم، وعلى تحقيق اإليمان، ونصوخ العلم.

bergantung pada kesempurnaan ilmu, realisasi keimanan, dan kematangan ilmu.

وأن الخيرية لمن تفقه في الدين، وأن اإلمامة في األرض تحتاج إلى صبر ويقين،

Bahwa kebaikan sejati adalah bagi yang memahami agama, dan bahwa

kepemimpinan di muka bumi membutuhkan kesabaran dan keyakinan.

وأقول ديانة ولست بمجامل، كل هذه المعاني الحظناها،

Dan aku katakan ini sebagai bentuk amanah agama, bukan basa-basi; semua makna

ini telah kami saksikan.

وأثرت في جامعتكم هذه الجامعة العلمية التربوية اإليمانية الدعوية،

Dan hal itu memberikan pengaruh besar di Sekolah Tinggi kalian ini: Sekolah Tinggi

yang ilmiah, edukatif, spiritual, dan dakwah.

التي اشتملت على مناهج صحيحة، ودورات نافعة، ومشاريع كبيرة،

Yang mencakup kurikulum yang benar, pelatihan yang bermanfaat, dan proyekproyek besar.

كان اجتماع الكلمة سياستها، وكان العلم المحقق أدبها،

Kesatuan misi dan visa adalah menjadi kebijakan utamanya, dan ilmu yang terbukti

adalah menjadi adabnya.

فجزى هللا تعالى القائمين على هذه الجامعة، أهل جامعة علي بن أبي طالب،

Maka semoga Allah membalas semua kebaikan kecivitas yang mengelola STAI Ali bin

Abi Thalib,

أن يجعل هذا العمل في ميزان حسناتهم،

dan menjadikan semua amal ini dalam timbangan kebaikan mereka,

وأن تكون هذه الجامعة اليوم مثلما هي منار ومعلم من معالم هذه البالد،

Dan semoga STAI Ali bin Abi Thalib ini hari ini bisa menjadi mercusuar dan tonggak

kebaikan negeri ini,

أن تكون منارا ومعلما في بالد اإلسالم في مشارق األرض ومغاربها،

dan semoga menjadi mercusuar dan panutan kebaikan di negeri-negeri Islam di timur

dan barat bumi.

وما ذلك على هللا ببعيد.

Dan itu semua tidaklah sulit bagi Allah.

وفي هذا القدر نكتفي، وصلى هللا على محمد، وعلى آله وصحبه وسلم، وجزاكم هللا تعالى خيرا.

Cukup sampai di sini, semoga shalawat tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga,

dan para sahabatnya, serta semoga Allah membalas kalian semua dengan kebaikan.

========================

Kata Sambutan akan disampaikan oleh Yang Mulia Syaikh, Guru Besar Dr. Asyraf

bin Mahmud al-Kinani, semoga Allah menjaganya

السالم عليكم ورحمة هللا تعالى وبركاته.

Assalamu’alaikum warahmatullahi ta‘ala wabarakatuh.

إن الحمد هلل نحمده ونستعينه ونستغفره،

Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan, dan ampunan

kepada-Nya.

أعوذ باهلل من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا،

Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amal

perbuatan kami.

من يهده هللا فال مضل له، ومن يضلل فال هادي له،

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa

menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada yang bisa

memberinya petunjuk.

وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah

semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba

dan utusan-Nya.

أما بعد: فإن أصدق الحديث كتاب هللا، وأحسن الهدي هدي محمد صلى هللا عليه وسلم،

Adapun setelah itu: Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan

sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad وسلم عليه هللا صلى.

وشر األمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضاللة، وكل ضاللة في النار.

Dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dalam agama, setiap yang

diada-adakan adalah bid‘ah, setiap bid‘ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan

akan masuk ke dalam neraka.

أيها اإلخوة الحضور، حياكم هللا، وأهال وسهال بكم في هذا اللقاء الطيب المبارك،

Wahai para hadirin yang terhormat, semoga Allah memuliakan kalian. Selamat

datang dalam pertemuan yang baik dan penuh berkah ini.

وأسأل هللا عز وجل أن يجعل اجتماعنا هذا خالصا لوجهه الكريم، إنه سميع قريب مجيب.

Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung agar pertemuan kita ini ikhlas karenaNya semata. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha

Mengabulkan.

َسناِمه الجها ُد في سبي ِل هللاِ

قال النبي صلى هللا عليه وسلم: "رأ ُس األمِر ." اإلسالُم، وعمو ُده الصالة،ُ وذروةُ

Rasulullah وسلم عليه هللا صلى bersabda: "Pokok dari seluruh urusan adalah Islam,

tiangnya adalah salat, dan puncaknya yang tertinggi adalah jihad di jalan Allah." (HR.

At-Tirmidzi no. 2616, Ibnu Majah no. 3973 dan Ahmad no. 22069, shahih).

رأس اإلسالم الجهاد في سبيل هللا،

Puncak agama Islam adalah berjihad di jalan Allah.

وقال أهل العلم: رأس العلم الخشية،

Para ulama mengatakan: Puncak ilmu adalah rasa takut (khauf) kepada Allah.

(Khosyah – rasa takut yang disertai cinta dan pengagungan kepada Allah).

رأس العلم الخشية،

Puncak dari ilmu adalah rasa takut kepada Allah.

وفسروا بذلك قول هللا عز وجل: "إنما يخشى هللا من عباده العلماء "،

Mereka menafsirkan firman Allah Ta‘ala: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di

antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS. Fathir: 28)

قال أهل التفسير: العلماء يخشون هللا تعالى حق الخشية،

Para ahli tafsir berkata: Para ulama benar-benar takut kepada Allah dengan sebenarbenarnya rasa takut.

ألنهم تعلموا العلم، وعرفوا هللا عز وجل، فأداهم ذلك إلى خشية هللا حق خشيته،

Karena mereka mempelajari ilmu, mengenal Allah Ta‘ala, maka hal itu

menghantarkan mereka kepada rasa takut yang sejati kepada-Nya.

وقال غير واحد من السلف: إنما العلم الخشية، قال ذلك اإلمام أحمد، وقال ذلك الشعبي،

Beberapa ulama salaf berkata: "Sesungguhnya ilmu adalah rasa takut kepada Allah."

Perkataan ini disampaikan oleh Imam Ahmad dan juga Asy-Sya‘bi.

كانوا يقولون: إنما العلم الخشية،

Mereka biasa mengatakan: Ilmu yang sesungguhnya adalah rasa takut kepada Allah.

أي: إنما يكون النافع الذي يورث في القلب الخشية،

Yaitu bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menumbuhkan rasa takut di

dalam hati.

والخشية ليست افتراء، ال تكون إال بالتقرب إلى هللا عز وجل بهذا العلم،

Dan rasa takut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat, melainkan hanya bisa lahir dari

pendekatan diri kepada Allah melalui ilmu ini.

في كل وقتك تتقرب إلى هللا بهذا العلم،

Di setiap waktu, engkau mendekat kepada Allah dengan ilmu ini.

التقرب إلى هللا تعالى بهذا العلم يحتاج إلى تدرج مع النفس،

Mendekat kepada Allah dengan ilmu butuh tahapan bertahap bersama jiwa.

ويحتاج إلى فهم، تفهم العلم رويداً رويدا،ً

Dan membutuhkan pemahaman; pahamilah ilmu perlahan demi perlahan.

ويحتاج بعد ذلك إلى العمل،

Dan setelah itu dibutuhkan amal (pengamalan).

لتصل إلى غاية كبرى، وهي توحيد هللا عز وجل وعبادته،

Agar engkau sampai pada tujuan terbesar, yaitu mentauhidkan Allah dan beribadah

kepada-Nya.

كل الرسل أرسلهم هللا تعالى، من أجل إقامة كلمة التوحيد،

Seluruh rasul diutus oleh Allah untuk menegakkan kalimat tauhid.

من أجل توحيد هللا عز وجل،

Demi mentauhidkan Allah semata.

وتوحيد هللا تعالى ال يكون إال بالعلم،

Dan tauhid kepada Allah tidak bisa terwujud kecuali dengan ilmu.

كان السلف يقولون: قال ابن مسعود رضي هللا عنه: كنا ال نتجاوز عشر آيات، حتى نتعلم ما فيها ونعلم فيم

نزلت، فكنا نتعلم العلم والعمل،

Para salaf berkata, Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami tidak melewati

sepuluh ayat hingga kami mempelajari isinya dan mengetahui sebab turunnya. Maka

kami mempelajari ilmu dan beramal sekaligus.”

كنا مع النبي صلى هللا عليه وسلم ونحن فتيان حزاورة،

Kami dahulu bersama Nabi وسلم عليه هللا صلى saat kami masih remaja yang belum

baligh.

فتعلمنا اإليمان قبل أن نتعلم القرآن،

Maka kami belajar iman terlebih dahulu sebelum belajar Al-Qur’an.

ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً.

Lalu kami belajar Al-Qur’an, dan dengan itu keimanan kami pun bertambah.

أي تعلمنا العمل والمعاني وتعلمنا العقيدة قبل القرآن،

Maksudnya, kami mempelajari amal, makna, dan akidah sebelum mempelajari (lafaz)

Al-Qur’an.

وأن أحدكم سيتعلم القرآن قبل اإليمان،

Adapun sebagian kalian sekarang mempelajari Al-Qur’an sebelum mempelajari iman.

يذم بذلك من فعل هذا،

Beliau mencela orang yang seperti itu.

يذم من يتعلم القرآن قبل اإليمان،

Beliau mencela orang yang mempelajari Al-Qur’an sebelum memahami iman. (hanya

hafalan saja)

ألنه ربما يتعلمه وال يجاوز تراقيه،

Karena bisa jadi seseorang mempelajarinya (Al-Qur’an), namun tidak melewati

tenggorokannya (hanya sampai di lisan saja).

كما جاء في الحديث: "أعدد بين يدي الموت ستة"، وذكر منها: "نشأ يتخذون القرآن مزامير"،

Sebagaimana sabda Nabi dalam hadits: “Aku menghitung enam perkara sebelum

datangnya kematian,” dan disebutkan di antaranya: “Akan muncul generasi yang

menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian seperti seruling.”

نشأ أي ناشئة، يتخذون القرآن مزامير، أي يغنون به غناء ال يجاوز تراقيهم،

Generasi muda itu menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian, mereka melagukannya

seperti lagu yang tidak melebihi tenggorokan mereka.

قال: "ونشأ يتخذون القرآن مزامير يقدمون الرجل وليس بأفقههم"،

Beliau bersabda: “Akan datang generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian,

mereka mengangkat seseorang menjadi imam padahal dia bukan yang paling faqih.”

فبدل أن يكون القرآن ينبت اإليمان في القلب، وأن يتعلم المرء به اإليمان، ثم ينطلق إلى ألفاظ القرآن،

Padahal semestinya Al-Qur’an menumbuhkan iman dalam hati, seseorang belajar

iman terlebih dahulu, baru kemudian menuju bacaan Al-Qur’an.

ثم ينطلق إلى القرآن فيفهمه فهماً جيداً ويتزود منه، ثم يعمل بذلك،

Kemudian memahami Al-Qur’an dengan baik, mengambil bekal darinya, lalu

mengamalkannya.

بدالً من أن يكون ذلك، اتخذ القرآن مزامير، فحذر النبي صلى هللا عليه وسلم من ذلك أشد الحذر،

Namun mereka malah menjadikan Al-Qur’an seperti nyanyian. Nabi وسلم عليه هللا صلى

sangat keras dalam memperingatkan hal tersebut.

كانوا يحذرون مثل هذه التحذيرات، ألنها آفات تصيب طالب العلم في طريقه إلى العلم،

Para salaf memperingatkan hal-hal semacam ini, karena ia merupakan penyakit yang

menimpa para penuntut ilmu di jalannya mencari ilmu.

ربما تقع منه آفات، ربما تقع منه َهبَات، ربما يبدأ العلم ونيته ليست حسنة،

Mungkin ia terjatuh dalam kesalahan, atau kehilangan keberkahan, atau memulai

menuntut ilmu dengan niat yang tidak lurus.

ولكن العلم كفيل بأن يحسن النية،

Namun ilmu itu sendiri bisa memperbaiki niat.

كان يقول كثير من السلف: "طلبنا العلم لغير هللا، فأبى أن يكون إال هلل"،

Sebagian besar ulama salaf berkata: “Kami dahulu mencari ilmu bukan karena Allah,

namun ilmu menolak kecuali untuk Allah.”

ابن عمر رضي هللا عنه يقول: إن أحدنا كان يُؤتى اإليمان قبل القرآن،

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami dahulu diberi iman sebelum AlQur’an.”

وقد قرأنا على النبي صلى هللا عليه وسلم القرآن، فكنا نعرف أمره وزاجره ونهيه،

Kami membaca Al-Qur’an kepada Nabi وسلم عليه هللا صلى, dan kami mengetahui

perintah, larangan, dan tegurannya.

كما أنتم، يخاطب الذين يخاطبهم، يقول: كما أنتم، كما كنتم أنتم وكنا نحن كذلك، نحن وأنتم،

Beliau mengatakan kepada orang-orang sezamannya: “Sebagaimana kalian, kami

dahulu juga begitu; kami dan kalian sama.”

ثم قال: وإنه سيجيء رجال يتعلمون القرآن قبل اإليمان، فال يتعلمون أمره وال زاجره وال ناهيه، يرددونه ال

أو ينشرونه نثر الدرب، نحذر من هذا كما حذر النبي صلى هللا عليه وسلم، وهذا

يجاوز تراقيهم، ينذرونه نثراً

منه عمل،

Lalu beliau berkata: “Akan datang suatu kaum yang mempelajari Al-Qur’an sebelum

iman. Mereka tidak memahami perintah atau larangannya, hanya melafalkannya

tanpa melewati tenggorokan mereka, mereka membacanya seperti orang menyebar

pasir.” Maka kita pun mewaspadai hal itu sebagaimana Nabi وسلم عليه هللا صلى

memperingatkannya.

كان السلف الصالح، رضي هللا عنهم، يسارعون إلى العمل بكل ما يبلغهم من هدي النبي صلى هللا عليه وسلم.

Para salafus shalih, semoga Allah meridhai mereka, selalu bersegera mengamalkan

setiap petunjuk Nabi وسلم عليه هللا صلى yang sampai kepada mereka.

كانوا ال يتأخرون في تطبيق السنة بمجرد معرفتها.

Mereka tidak menunda-nunda dalam menerapkan sunnah begitu mereka

mengetahuinya.

وعلى أثرهم من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.

Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pun menapaki jejak mereka

hingga hari kiamat.

اإلمام أحمد نبه للسنة والجماعة، حدث تالمذته في الحديث،

Imam Ahmad rahimahullah menekankan pentingnya sunnah dan jamaah, dan

mengajarkan hadits kepada murid-muridnya.

وجاء في الحديث أن النبي صلى هللا عليه وسلم لبس إزار، وكان اإلمام أحمد يلبس قميصا،ً الذي نسميه اليوم

الثوب، فقطع نفسه وخرج إلى بيته.

Disebutkan dalam hadits bahwa Nabi وسلم عليه هللا صلى pernah memakai izar, dan

Imam Ahmad rahimahullah biasa mengenakan qamish (baju panjang) yang kita sebut

sekarang sebagai "tsawb". Ia pernah memotong pakaiannya sendiri dan keluar

menuju rumahnya.

ثم رجع، رجع معتذرا، خلع القميص ولبس اإلزار،

Kemudian ia kembali, kembali dalam keadaan meminta maaf. Ia melepaskan gamis

dan mengenakan izar (kain sarung).

ألنه كان قد أخذ على نفسه عهدا،ً أنه ال يصله شيء من عمل النبي صلى هللا عليه وسلم لم يعلم فيه إال عمل به،

Karena ia telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa jika sampai kepadanya suatu

amalan Nabi وسلم عليه هللا صلى yang sebelumnya belum ia ketahui, maka ia pasti akan

mengamalkannya.

هكذا كانوا، رحمة هللا تعالى عليهم،

Beginilah para ulama terdahulu, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada

mereka.

مجاهد تلميذ ابن عباس، اإلمام مجاهد رحمه هللا، يقول: قرأت على ابن عباس القرآن ثالث َختْمات،

Mujahid, murid Ibnu ‘Abbas, Imam Mujahid هللا رحمه berkata: “Aku membaca AlQur’an kepada Ibnu ‘Abbas sebanyak tiga kali khatam.”

أقفه عند كل آية، أقفه عند كل آية،

Aku berhenti padanya (Ibnu ‘Abbas) pada setiap ayat, setiap ayat aku berhenti.

وجاء في لفظ: أفقه كل آية،

Dalam lafazh lain: “Aku memahami setiap ayat.”

ثالث ختمات، يوقف ابن عباس عند كل آية، لنسأله في معناها وفيما نزلت،

Tiga kali khatam, Ibnu ‘Abbas dihentikan pada setiap ayat, agar ditanya tentang

maknanya dan sebab turunnya.

وفي لفظ آخر قال: أفقه كل آية، أي أسأله عن فقهها،

Dalam lafazh lain: “Aku memahami setiap ayat”, maksudnya: aku menanyakannya

tentang fikih dari ayat tersebut.

وال شك أن اللفظين يؤديان إلى معنى واحد،

Dan tidak diragukan bahwa kedua lafazh itu membawa pada makna yang sama.

يحملهم على الكبر،

هكذا كانوا رضي هللا عنهم، لم يكن العلم عندهم أبداً

Beginilah mereka, semoga Allah meridhai mereka. Ilmu tidak pernah menjadikan

mereka sombong.

وكما قيل: ضاع العلم بين الحياء والكبر،

Sebagaimana dikatakan: Ilmu hilang antara rasa malu dan kesombongan.

قال: العلم بين الحياء والكبر،

Telah dikatakan: Ilmu hilang karena dua perkara—malu bertanya dan kesombongan

diri.

لم يكنوا يهابون السؤال، وال يتكبرون أن يسألوا غيرهم،

Mereka tidak malu untuk bertanya, dan tidak sombong untuk bertanya kepada yang

lain,

يسألون من هو فوقهم، ومن هو مثلهم، ومن هو دونهم،

Mereka bertanya kepada orang yang lebih tinggi ilmunya, yang setara, bahkan yang

lebih rendah sekalipun.

أعلم مني بكتاب هللا تعالى

أعلم مني بكتاب هللا، ولو علمت أحداً

ابن عباس رضي هللا عنه يقول: ال أعلم أحداً

ألتيته،

Ibnu ‘Abbas عنه هللا رضي berkata: “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang lebih

mengetahui Kitabullah dariku. Jika aku mengetahui ada orang yang lebih tahu, aku

pasti akan mendatanginya.”

وقد فعل هذا، فعل هذا وعمل به،

Dan benar, ia telah melakukannya, dan mengamalkannya.

فسمع أن أحدهم عنده في مسألة أكثر منه علما،ً

Ketika ia mendengar bahwa ada seseorang yang lebih mengetahui satu masalah

dibanding dirinya,

فذهب إليه، فلم يطرق بابه، وإنما وقف عند الباب ينتظر خروجه،

Ia pun pergi menemuinya. Namun ia tidak mengetuk pintunya, melainkan berdiri

menunggu di depan rumahnya.

تأدبا عنه، بل له عنده حاجة، يريد أن يتعلم،

Sebagai bentuk adab menghormati ilmu. Ia justru memiliki kebutuhan padanya,

karena ia ingin belajar.

فلما خرج سأله عن تلك المسألة، فقال ابن عباس: وهللا لو شئت أن آمره أن يأتيني ألتاني،

Ketika orang itu keluar, ia bertanya tentang permasalahan tersebut. Ibnu ‘Abbas

berkata: “Demi Allah, kalau aku mau memerintahkannya datang kepadaku, dia pasti

datang kepadaku.”

ابن عباس هذا ي ، َحْب ُر األمة رضي هللا عنه، كل الناس

تخذه إماماً

Ibnu ‘Abbas adalah Habrul Ummah (ulama besar umat ini), semoga Allah

meridhainya. Semua orang menjadikan beliau sebagai seorang imam.

لكنه أبى على نفسه إال أن يأتي باب الرجل، فيسأله عن مسألته،

Namun ia menolak untuk meninggikan dirinya. Ia justru mendatangi pintu orang itu

untuk bertanya tentang permasalahannya.

بهذا العلم العظيم،

به، واعترافاً

للعلم، وإقراراً

خضوعاً

Sebagai bentuk ketundukan pada ilmu, pengakuan terhadapnya, dan pengagungan

terhadap ilmu yang agung ini.

هكذا كان حالهم، نسأل هللا عز وجل أن يستر علينا حالنا، آمين.

Beginilah keadaan mereka. Semoga Allah menutupi kekurangan keadaan kita, Aamiin.

م رجل في اإلمام الشافعي، فقال له اإلمام أحمد: اسكت

قيل لإلمام أحمد: تكل ! ّ

Dikatakan kepada Imam Ahmad rahimahullah: “Ada seseorang yang mencela Imam

Syafi’I rahimahullah” Maka Imam Ahmad rahimahullah berkata kepadanya: “Diam!”

م فيه ألنه قال: إن اإلمام الشافعي ليس بصاحب حديث،

ّ

تكل

Orang itu mencelanya karena ia menganggap Imam Syafi’i rahimahullah bukan ahli

hadits,

يعني ال يتبع الحديث، فقال اإلمام أحمد: اسكت،

Maksudnya, tidak mengikuti hadits. Imam Ahmad berkata: “Diam!”

الشافعي إذا فاتك الحديث بعلو أخذته بنزول، وإذا فاتك هذا الفتى فقد فاتك العلم،

“Syafi’i, jika luput dari haditsdengan sanad tinggi, ia akan mengambil dengan sanad

rendah. Tapi jika engkau kehilangan pemuda ini (Syafi’i), maka sungguh engkau

kehilangan ilmu!”

أفقه بكتاب هللا من هذا،

ال أعلم أحداً

“Aku tidak mengetahui seseorang yang lebih faqih dalam Kitabullah dibanding

beliau.”

ومشهد هذا مأخوذ من قول هللا عز وجل: " إنما يخشى هللا من عباده العلماء"،

Dan pandangan ini diambil dari firman Allah Ta‘ala: "Sesungguhnya yang takut

kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS. Fathir: 28)

ومن قول كثير من السلف كقول ابن مسعود رضي هللا عنه: ليس العلم عن كثرة الحديث، إنما العلم عن كثرة

الخشية،

Dan dari ucapan banyak ulama salaf, seperti perkataan Ibnu Mas‘ud عنه هللا رضي:

“Ilmu bukanlah banyaknya riwayat, melainkan ilmu adalah banyaknya rasa takut

(kepada Allah).”

إنما العلم عن كثرة الخشية.

Sesungguhnya ilmu yang sejati adalah yang melahirkan rasa takut kepada Allah.

نسأل هللا تعالى أن يرزقنا وإياكم خشيته،

Kami memohon kepada Allah agar Dia menganugerahkan kepada kami dan kalian

rasa takut kepada-Nya.

ونسأل هللا عز وجل أن يجعل جهودكم، وجهود هذه الجامعة المباركة،

Kami juga memohon kepada Allah agar menjadikan segala usaha kalian, dan usaha

universitas yang diberkahi ini,

القائمين عليها، األخ خالد فواتير وغيره،

وجهود اإلخوة جميعاً

dan juga usaha seluruh saudara yang menjalankannya, seperti saudara Khalid Fawatir

dan yang lainnya,

نسأل هللا تعالى أن يجعلها خالصة لوجهه الكريم،

Kami memohon kepada Allah agar menjadikan semua itu ikhlas karena wajah-Nya

yang mulia,

وأن يجعلها في رفعة، وتوبة، وأن يجعل هذه الجامعة، وأنتم يا طالب العلم، منارة ألهل العلم، ولطالب العلم،

Agar menjadi sebab ketinggian dan sebab tobat, dan agar (Perguruan Tinggi) - STAI

ALI bin Abi Thalib ini—beserta kalian para penuntut ilmu—menjadi pelita bagi para

ulama dan penuntut ilmu.

وبارك هللا فيكم، وصلى هللا وسلم على محمد وآله وصحبه أجمعين.

Semoga Allah memberkahi kalian semua. Shalawat dan salam semoga tercurah

kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.

Semoga bermanfaat Akhukum_Zaki_AbuUsaid