TERINGAT AKAN AYAH DAN BUNDA

 


Yang pahit itu bukan payahnya orangtua saat membesarkan kita sehingga bisa menjadi hebat seperti hari ini..
Tapi durhakanya kita kepada mereka, kurangnya perhatian kita kepada mereka saat mereka renta, dan buruknya komunikasi kita terhadap mereka.. Padahal tak banyak waktu tersisa.
Keberadaan orangtua itu seolah biasa saja saat-saat mereka masih bisa kita sentuh, saat-saat mereka mengingatkan kita dan kita anggap mereka bawel karena kita merasa dewasa dan lebih pintar.. Kepentingan mereka dibawah prioritas kita sehari-hari, sampai pun sekedar mendahului menegur menyapa saja bukan main enggannya. Tapi masyaallah, sabarnya mereka dengan perilaku kita ya? Berbeda dengan rekan kerja dan relasi, yang setiap saat kita mencoba berinteraksi dengan mereka sebaik-baiknya, untuk menjaga keberlangsungan usaha kita..
Sampai Allah utus malaikat-Nya memisahkan ruh dari raganya mengangkatnya ke langit.. Sebagaimana senyum mereka mengembang ketika wafat karena tugas mereka membesarkan kita paripurna, mudah-mudahan demikian juga ruh mereka; bahagia kekal abadi menuju kampung surga menanti kehadiran kita..
Hari ini, yang bisa kita saksikan hanya sebuah lemari tua, berisi baju-baju mereka yang terlipat rapi tak lagi ada yang menyentuh mengambil dan memakainya.. Kita hanya bisa meraba kain-kain yang mereka dahulu memakainya saat mengantar kita sekolah sejak belia hingga wisuda. Juga saat istimewa ketika ujung lengan baju mereka basah untuk mengusap tetes-tetes air hangat yang merembang di sudut-sudut mata mereka saat kita mengucap ikat janji setia menikah dengan ibu atau ayah anak-anak kita. Lengan baju itu memang telah kering, tapi kenangannya basah. Saat itulah semua kenangan tentang kebersamaan dengan orangtua kita menjadi sangat berharga. Lantas tumbuhlah penyesalan karena belum lagi bisa memberikan yang terbaik untuk mereka saat mereka masih ada. Merasa getun karena hidayah sunnah itu mahal bak permata tapi kita sibuk dengan orang luar yang bukan siapa-siapa, sehingga pun orang tua kita tak sempat pula mengecapnya sampai akhir hayat mereka.
Berbakti untuk mereka, tidak ada batas waktu dan tempat, tak ada kata terlambat. Doa kita untuk mereka tak ada sekat selama kita berjalan di atas ketaatan kepada Rabbul Izzah.. Untuk mereka ampunan terbaik, kebahagiaan terbaik, dan derajat terbaik..
Rabbighfirly wa liwalidayya, warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiran..
Magelang semilyar kenangan, 7 Desember 2019
Diberdayakan oleh Blogger.