Kecintaan Terhadap Ahli Bait dan Shahabat serta Al Qur'an adalah Kalamullah

Kecintaan Terhadap Ahli Bait dan Shahabat serta Al Qur'an adalah Kalamullah
Syarah Minhajul Haq
Bait 20-23

Kecintaan Terhadap Ahli Bait dan Shahabat serta Al Qur'an adalah Kalamullah

Oleh Syaikh Ali Hasan Al Halaby hafizhahullah.

 شرح منهج الحق 
للشيخ علي حسن الحلبي حفظه الله
في الصحابة وأل البيت 

_Bait 20 dan 21_

وَخَصَّ لَهُ الرَّحمٰنُ أَصْحَابَهُ الأُلَى
 أَقَامُوا الْهُدَى وَالدِّينَ حَقًّا وَمَهَّدُوا

فَحُبُّ جَمِيعِ الآلِ وَالصَّحْبِ عِنْدَنَا
 مَعَاشِرَ أَهْلِ الْحَقِّ فَرْضٌ مُؤَكَّدُ

Allah memberikan keistimewaan kepada para Shahabat
Yang Mereka mendapatkan jalan yang lurus dan agama yang haq dan mereka menyebarkan petunjuk dengan dakwahnya kepada ummat.
Mencintai seluruh Ahli bait dan Shahabat adalah apa yang menjadi patokan kami, dan mencintai ahli Haq (shahabat ) adalah kewajiban dan sesuatu yang diharuskan.
AhluBait Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam.

Ketika kita bersholawat kepada Nabi maka kita pun bersholawat kepada keluarganya sebagaimana ketika di tasyahud dimana itu adalah rukun dalam sholat.

Sekiranya itu adalah kemuliaan bagi Ahli Bait namun itu tidak menjadikan bahwa shahabat yang lainnya tidak ada kemuliaan.

Shohabat adalah orang-orang yang tidak ada hubungan kerabat dengan Nabi Shallallahu’alaihi  wasaalam sampai adanya munculnya Syi’ah yang telah berbohong tentang hal tersebut.

Syiah dalam fitnah kubra, mendustakan sejarah. Kenapa fokus mereka terhadap sejarah apa yang terjadi pada para Shahabat dan mencari-cari kedustaan. Sejarah adalah sejarah maka tidak perlu untuk membicarakan apa yang sudah terjadi dengan kedustaan sebagaimana yang dilakukan oleh moyangnya Syi’ah yaitu Abdullah bin Saba’.

ينال صحبة باللقاء النبي ﷺ
Didapatkan kedudukan shahabat itu dengan bertemunya dengan Nabi ﷺ.

Shahabat adalah yang bertemu Nabi Shallallahu’alaihi wasalam yang masuk Islam dan mati dalam Islam. Itu adalah tarjih dari Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya al-Ishobah fi Tamyiz Shohabah.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَدِدْتُ أَنِّى لَقِيتُ إِخْوَانِى ». قَالَ فَقَالَ أَصْحَابُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَوَلَيْسَ نَحْنُ إِخْوَانَكَ قَالَ « أَنْتُمْ أَصْحَابِى وَلَكِنْ إِخْوَانِى الَّذِينَ آمَنُوا بِى وَلَمْ يَرَوْنِى ».

 “Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku rindu ingin bertemu dengan kawan-kawanku|”, para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum berkata: “Bukankah kami kawan-kawanmu?”, beliau bersabda menjawab: *“Kalian adalah para shahabatku, tetapi kawan-kawanku adalah orang-orang yang telah beriman kepadaku dan belum bertemu denganku.”* (HR. Ahmad no. 12579 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah di Silsilah Ahadits Shohihah no 2888.)

مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ القَبْضِ عَلَى الجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ

Sesungguhnya di belakang kalian (nanti) ada hari-hari, di mana bersabar pada waktu tersebut seperti halnya memegang bara api. Orang yang beramal di waktu tersebut seperti (mendapat) pahala 50 orang, yang beramal seperti amal kalian.

Terdapat tambahan lain dalam riwayat perawi lain, bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:

“Wahai Rasûlullâh! (mendapatkan) Pahala 50 orang dari kami atau dari mereka? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan pahala 50 orang dari kalian.”[HR. at Tirmidzi no. 3058 dan Ibnu Majah no. 4014)

شرف صحبة يعني شرف بعد النبي
Kemuliaan Shahabat kedudukan nya adalah setelah kemuliaan Nabi Shallallahu'alaihi wasallam.

Lebih dari 10 orang Shahabat yang diberikan kabar gembira masuk surga
Dari lebih 10 orang itu yang diberikan keutamaan lebih adalah 10 dan dari 10 orang itu yang diberikan keutamaan lebih adalah 4 orang shahabat dan dari 4 itu diberikan keutamaan adalah 2 dan yang lebih utama lagi adalah Abu Bakar as-Shidiq Radhiallahu Anhu.

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya. (HR. Al-Bukhori no. 3397 dan Muslim no. 4610 dan 4611)

لا تسب أصحابي؟

Dan janganlah kalian mencela shahabatku?
Apakah ini hanya dikhususkan untuk Ahli Bait ataupun para shahabat? Ini berlaku untuk semua para shahabat dan juga para ahli bait.

Kemulian bukan hanya dengan hubungan kekeluargaan. Islam memberikan keutamaan bahkan kepada selain orang arab.

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Barangsiapa yang lambat amalannya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
(HR. Muslim no. 2699 dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Bahkan kisah Islamnya Salman al-Farisi yang datang dari tempat negeri yang jauh. Sampai di kota Madinah dan bersaksi Syahadatain. Nabi ﷺ berjuang siang dan malam untuk berdakwah mengajak pamannya untuk bisa mendapatkan hidayah. Sedangkan Salman datang kepada Nabi ﷺ untuk masuk Islam tanpa ada dakwah dari Nabi ﷺ. Sedangkan Pamannya didakwahi Nabi ﷺ namun tetap enggan untuk masuk Islam sampai ajalnya.
Firman Allah:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Qs. Al-Qashosh : 56)

Dan Nabi ﷺ pun berdoa agar pamannya mendapat keringanan dan ini termasuk syafaat khusus dari Allah Azza wa Jalla yang hanya diperuntukkan kepada Nabi ﷺ
Wajib bagi ahlus Sunnah wal jamaah untuk menghormati dan meneladani para shahabat radhiallahu’anhum.

Kecintaan kepada Shahabat ada: 2
حب الإجمالي
1. Yaitu dengan mencintai Shahabat secara keseluruhan

حب التفصيلي
2. Yaitu dengan mencintai Shahabat baik apa yang menjadi kesepakatannya, sunnahnya, perbuatan-perbuatannya, perkataan-perkataannya.

القرآن كلام الله ليس بمخلوق

Bab tentang Al-Quran adalah Kalamullah bukan Makhluq

_Bait 22 dan 23_

وَمِنْ قَوْل ِ أَهْلِ الْحَقِّ أَنَّ كَلَامَهُ
 هُوَ اللَّفْظُ وَالمَعْنَى جَمِيعًا مُجَوَّدُ

وَلَيْسَ بِمَخْلُوقٍ وَأَنَّى لِخَلْقِهِ
 بِقَوْلٍ كَقَوْلِ اللهِ إِذْ هُوَ أَمْجَدُ

Dan termasuk Perkataan Ahli Haq bahwa Kalamullah adalah mencakup Lafazh dan makna seluruh nya.
Dengan perkataan dan Perkataan Allah adalah yang sempurna lagi agung.

(al Qur'an) bukanlah makhluk

Fitnah Al-Quran makhluk terjadi pada zaman Imam Ahmad (wafat 241 H) rahimahullah.
Siapa yang berkata tentang al-Quran sebagaimana apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad rahimahullah maka pasti dipenjara dan disiksa.

Tapi tidak boleh mengambil prinsip bahwa apa yang dilakukan oleh imam Ahmad rahimahullah adalah bentuk metode pembelajaran, karena ada sebagian orang yang mengatakan bahwa di penjara itu adalah metode madrasah pengajaran yang meneladani apa yang terjadi pada Imam Ahmad bahkan terjadi pada Nabi Yusuf alaihi salam.

Al-Qur'an adalah Kalamullah hurufnya dan suaranya adalah Kalamullah.

Suara Al-Qur'an adalah bukan lah makhluq tapi sesuatu yang didengar oleh karena itu suara tersebut adalah Kalamullah.

Asyairah berusaha untuk mensucikan Allah namun terjatuh pada kesesatan yang nyata karena meniadakan sifat sifat Allah.
Namun sekiranya engkau mensucikan Allah sebagaimana ayat

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ 

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. As-Syura ayat 11)
Maka itu adalah yang benar.

Akal itu untuk mencerna dalil bukan yang menentukan syari’at.

رحم الله امرأً عرف قدر نفسه

Allah memberikan rahmat kepada seseorang yang mengetahui (menyadari) kadar dirinya sendiri.
Namun ini bukan hadits.
Kalamullah bukan makhluq. Sebagaimana Imam al-Bukhori menulis kitab 
خلق أفعال العباد والرد على الجهمية وأصحاب التعطيل

Ketika imam Al-Mizzi (wafat 742 H) mengajarkan kitab tersebut maka beliaupun  dipenjara gara-gara mengajar kitab tersebut.

Majid maknanya adalah besar, agung dan sempurna.

Semoga bermanfaat,

📝 Ustadz Zaki Rakhmawan Hafidzahullah

Daurah Syar'iyyah fi Masail Al Aqdiyyah wal Manhajiyyah ke 20. 

Agrowisata Batu Malang.

gambar :pixabay.com

Posting Komentar

0 Komentar